Rien Nasution : Ketika Harus Berkata Fall In Love Aceh

Rabu, 28 Februari 2018, Februari 28, 2018 WIB Last Updated 2018-02-28T11:55:21Z
Rien Nasution


Terlahir  pada 1 April 1968,  wanita bernama Rien Nasution ini menghabiskan masa kecilnya di kampung halaman, dia sudah mulai mengenal bangku sekolah pada usia 3 tahun.

Dalam usia balita itu Rien sudah duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, tak heran pada usia 16 tahun dia melanjutkan kuliah pada University London-Inggris,  di tahun 1990 wanita berdarah Tapanuli ini menggenggam gelar sarjana.

Pulang dari London, Rien merintis bisnis di Malaysia, usahanya itu berkembang cepat, hingga dia bertemu  garis takdir,  dipenghujung tahun 2004, Aceh dihantam gempa maha dasyat, mengakibatkan air laut menghempas daratan, ratusan ribu jiwa hilang bersama hilangnya daratan pesisir Aceh.

Itulah saat pertama Rien menjejak kaki di Aceh, dia  membawa bantuan yang dikumpul dari hasil usaha bisnisnya bertahun-tahun,  semua barang itu disumbangkan ke Aceh pada saat awal-awal tsunami, ditengah suasana yang belum jelas dan kepanikan melanda.

Bantuan yang dibawa Rien juga berupa obat-obatan, dia keliling Aceh membangkitkan kembali semangat warga sambil memberi bantuan, terutama kaum wanita, untuk kembali bangkit, melupakan bencana maha dasyat itu, "saat itu pula Rien jatuh cinta kepada Aceh."

Seiring kegiatannya mengelilingi

Aceh, wanita berparas cantik ini menemukan Dayah-dayah tradisional yang perlu di renovasi, dia juga menemukan makam-makam ulama yang terbengkalai, sejak itu dia mulai merenovasi banyak dayah dan memugar makam ulama.

Rien juga membangun Komplek Nurin Almansuriyah, dengan menyerahkan 100 unit rumah kemasyarakat, ditahun 2006 juga meresmikan bantuan dari Alfansur Qabir di kota Jantho, Aceh Besar.

Selain bantuan perumahan, wanita ini juga membangun mesjid Nurin Niswah dikota bersejarah Peureulak, yang pemakaiannya diresmikan Abuya Prof.Muhibuddin Waly tahun 2007 lalu, pada tahun 2010 masjid Shanty Nurin Nasution diresmikan di Linge, Bener Meriah.

Dibidang pendidikan, wanita lulusan London University ini juga membangun pesantren dan rumah untuk anak yatim di Kuala Simpang, dengan kapasitas 300 orang santri,  namun bantuan itu kemudian diterjang banjir, padahal hanya tinggal mesjid dan rumah guru yang belum siap, kenang Rien.

" Saya kemudian mewaqafkan keseluruhan asset pesantren itu kepada pemerintah," kini dilokasi tersebut telah berdiri Sekolah Perkebunan Indonesia III, ujar Rien Nasution.

Membuka Jembatan Aceh-Malaysia.

Rien juga orang yang berada dibalik pembukaan jalur penerbangan Banda Aceh-Kuala Lumpur,  dengan travel Nurin miliknya, dia membawa turis-turis Malaysia ke Aceh, dialah yang melakukan penerbangan perdana pada tahun 2007 Malaysia- Aceh.

Pada tahun 2009 bandara Sultan Iskandar Muda diresmikan sebagai bandara internasional, kini setiap hari warga Aceh boleh terbang ke Malaysia dengan pesawat Air Asia, demikian juga sebaliknya, tapi ingatlah semua itu dirintis oleh seorang wanita berparas cantik bernama Rien Nasution.

Membangun Balai Abuya Prof.Muhibuddin Waly.

Wanita paruh baya ini juga belum menemukan garis finis dari kegiatan amalnya, sebuah balai pengajian sedang dirintis di Lam Ateuk, Aceh Besar,  balai besar itu direncanakan sebagai tempat pengajian, disana nanti akan ada kegiatan tawajuk, karena Abuya semasa hidup merupakan pengasuh tariqat, kata Rien dengan menamakan balai yang dibangunnya dengan Balai Abuya Prof. Muhibuddin Waly.



Tarmizi Alhagu

Komentar

Tampilkan

Terkini