Abon Sudir, nama yang melekat dikalangan masyarakat , namun sebutan lengkapnya Teungku Sudirman bin Arifin (65 tahun), lahir di Gampong Meunasah Reudep, Kecamatan Pandrah, Kabupaten Bireuen.
Banyak orang tak tau, dia adalah sosok ulama yang karismatik jebolan Dayah Ma’hadal Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga.
Sosok ulama yang satu ini terlihat semangat juangnya sangat tinggi dalam dunia pendidikan islam melalalui Dayah yang ia pimpin.
Meskipun Abon Sudir ia sebagai ulama yang cacat kaki sejak muda, namun semangatnya tak pernah menghalangi untuk berbakti pada agama Allah Swt dalam mengajar masyarakat yang membutuhkannya.
Bahkan dia punya tekad perjuangan untuk mengajar ummat melalui pendidikan agama adalah sampai mati ujarnya ,pada suatu ketika tabloid Moslem bertandang ke Dayahnya Miftahul Falah Al-Aziziyah Cot Batee Geulungku, Pandrah, Bireuen, beberapa waktu yang lalu.
Abon Sudir, sehari-hari menghabis waktunya adalah untuk kepentingan umat, dimana umat saat ini banyak membutuhkan siraman rohani darinya.
Terutama masyarakat dipedesaan Kecamatan Pandrah, Peulimbang dan beberapa tempat lainnya selalu mengharapkan, agar Abon Sudir bersedia memberi pemahaman keagamaan kepada masyarakat ,atau dengan kata lain adalah bimbingan rohani darinya.
Meskipun ulama yang satu ini cacat kakinya dan sudah diamputasi, namun masyarakat masih mengharapkan ilmu agama masih mengalir darinya.
“Dapat diakui bahwa Abon Sudir fisiknya sudah mulai sedikit agak menurun, namun pengabdian nya masih tetap bersemangat untuk masyarakat”, ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Selain kegiatan di Dayah, dia juga sering masuk kampung - kampung dalam memberi siraman rohani kepada masyarakat”, ujar salah seorang santrinya kepada tabloid moslem ketika bertandang ke Dayahnya.
Abon Sudir ini dikenal dikalangan ulama Aceh sebagai ahli hisab/ru’yah, dan bahkan masyarakat juga mengagumi bahwa ilmu hisab dan ru’yah dilakukan Abon Sudir ini selalu tepat dan tak pernah lari dari sasarannya.
Keahlian ilmu Falaqiah Abon Sudir memang sulit untuk ditandingi. Karena sesudah dia belajar agama pada almukarram Abon Tgk Abdul Aziz bin Shaleh di Mudi Mesra Samalanga, lalu kemudian melanjutkan pendidikan agama di Kampung Brabo, Padang Tiji.
Di Kampung Barabo, Dayah milik nya Tgk M Yusuf (tgk Pante) Abon Sudir belajar mendalami dalam hal ilmu Falaqiah bersama Tgk Pante.
Selesai belajar ilmu falaqiah di Dayah itu, Abon Sudir juga memperdalamlagi ilmu Falaqnya pada Tgk Mustafa Simpang Mulieng, Aceh Utara.
Serta juga sebagai tambahan ilmunya pada Drs Tgk Ali Muda Lhokseumawe, sehingga hal ilmu hisab dan ru’yah yang diperolehinya sangat memuaskannya.
Abon Sudir dengan mengandalkan kursi Roda, dan motor roda dua diantar oleh muridnya turun keberbagai desa untuk memberi bimbingan agama.
Dia mengajarkan berbagai kitab kuning (kitab gundul), baik dalam hal kupasan hukum Fiqih, Tafsir al-Qur’an, Tauhid dan Tasauf serta berbagai kitab lainya tanpa memungut upah.
“Ini semua sifatnya tulus ikhlas dan sukarela dalam mengajar mendidik masyarakat”, ujarnya.
Sedangkan di Dayahnya sebanyak 18 orang tenaga pengajar telah disiapkan. “Bukan berarti Dayah terabaikan, namun pengawasan secara ketat terhadap santriwan dan santriwati tetap dalam pantauannya, agar pendidikan di Dayah juga jangan sampai terabaikan”, ujar Abon Sudir Serius.
Dayah Miftahul Falah Al-Aziziyah yang terletak ditepi jalan Negara, Kampung Meunasah Reudep, Pandrah, terlihat komplek Dayah itu sangat bersih. Meskipun asrama dan Balai (balee)Dayah tempat menuntut itu sudah agak lapuk dimakan usia.
“Biarlah Balee tempat beut (balai pengajian)sudah lapuk, namun kualitas pengajian tetap harus lebih baik agar santriwan dan santriwati merasa puas dalam menimba ilmu disini”,ungkap salah seorang santri.
Dia mengakui, dalam keadaan cacat sudah tidak mampu untuk bergerak mencari dana pembangunan Dayah. Lalu kemudian, juga tak ada jaringan baik dengan Dinas di pemerintahan. Namun katanya, kalau ada pihak yang tulus mau membantu Dayah ini, Abon Sudir dengan senang hati mau menerimanya.
Itulah Abon Sudir, salah seorang ulama karismatik di Kecamatan Pandrah sebagai dambaan masyarakat untuk terus berbakti dalam memberi pengajaran agama. Melalui bimbingannya ini diharapkan akan lebih memahami dibidang keagamaan.
Dalam memberi tausyiah agama untuk masyarakat sekitar bukan hanya dia sendiri yang aktif, namun tampaknya ada juga ulama lainnya, dalam rangka pembinaan umat dalam bidang keagamaan.
Umar A Pandrah.