Para Santriwati berfoto didepan Balai Dayah |
Dayah Miftahul Falah Al-Aziziyah , Cot Batee Geulungku, Kecamatan Pandrah, Bireuen. Sebelumnya dibangun sebagai Balai Pengajian atas swadaya masyarakat diawal era tahun 80-an.
Tujuan dibangunnya balai pengajian itu untuk mendidik anak-anak Gampong dan sekitarnya, agar mereka bisa membaca al-qur’an dan kitab-kitab jawi sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan (Dayah) yang lebih tinggi.
Tgk Sudirman bin Arifin lahir 04 maret 1950 di Gampong Meunasah Reudep, Pandrah, Kabupaten Bireuen.
Dia adalah salah satu ulama karismatik yang memiliki displin ilmu yang tinggi, baik dibidang ilmu agama maupun umum(formal).
Ulama ahli Falaqiah ini, dia juga merupakan alumni Dayah Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah(Mudi) Mesjid Raya Samalanga dan alumni Perguruan Tinggi Al-Hilal, Sigli, Kabupaten Pidie.
Sesuai dengan perkembangan, Balai Pengajian itu telah dibagi beberapa tingkatan kelas dan tenaga pengajar dibantu oleh murid-murid yang lebih senior dididik khusus oleh pimpinan Balai.
Berangkat dari itulah, Tgk Sudirman yang ahli ilmu Falaqiyah itu mencetak imsakiah Ramadhan yang dihisab olehnya sendiri mengedar melalui santri keseluruh Aceh dalam rangka mencari dana untuk pembangunan Dayah.Hasil dana yang didapati itu, ia membangun asrama lantai dua, balai pengajian dan mushalla.
Pimpinan Dayah itu mempunyai keahlian hampir semua bidang ilmu, termasuk ilmu Falaqiah (ilmu hisab dan ru’yah). Selain itu Abon Sudir nama panggilan singkatnya, termasuk salah satu anggota majelis permusyawaratan ulama Kabupaten Bireuen.
Pendidikan agama, kata Abon Sudir, dayah merupakan andil paling besar berada ditangan rakyat, sejak zaman kesultanan hingga kini masih tetap berjalan. Karena sejak zaman kesultanan, Aceh memiliki sistim pendidikan agama yang cukup kuat, yaitu dilakukan melalui rumah – rumah atau meunasah, lalu berkembang kepada tingkat yang lebih tinggi, yaitu dayah.
Belajar agama di kampung-kampung diawali dengan pengajian al-qur’an hafalan bacaan juz amma mengikuti ilmu tajwid. Kemudian dilanjutkan bacaan al-qur’an 30 juz dan ditambah belajar kitab-kitab jawo untuk mendalami hukum fiqih dan fardhu-in.
Sekarang pendidikan dayah di era globalisasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat. “Dayah lah tempat para remaja mendapat didikan agama dengan sempurna sesudah para teungku atau imam meunasah menyelesaikan pengajian dasar (Taman Pengajian al-Qur’an)bagi anak – anak di pedesaan.
Anak-anak yang sudah mendekati remaja di kampung tidak lagi menjadi efektif dalam melanjutkan pengajian agama, karena sekarang para remaja sangat berpengaruh terhadap lingkungan yang begitu bebas.
Sedangkan di dayah, mereka memasuki asrama yang diikat dengan berbagai displin, selain belajar al-qur’an lebih serius, teungku dayah juga mengajar kitab-kitab jawo(bahasa melayu aksara arab) atau kitab-kitab kuning lainnya, kata Abon Sudir, pimpinan Dayah Miftahul Falah Al-Alziziyah, Cot Batee Geulungku, Kecamatan Pandrah, Bireuen, selasa dua pekan lalu kepada tabloid moslem.
Abon Sudir menyebutkan, di Dayahnya Miftahul Falah Al-Aziziyah para santri tingkat dasar diajarkan kitab ( Fiqih) Matan Takrib, (Tauhid) Ilmu Tauhid, (Nahwu) Awamil, (Sharaf) Zammon Madkhal, (Tasawuf) Akhlaq, ( Tarih) Riwayat Nabi, Ilmu Tajwid, Kisah Nabi dan Malaikat serta I’tikat 50, kifayatul Ghulam dan Tambihul Ghafilin.
Sedangkan untuk tingkat Kelas terakhir, dia mengajarkan kitab (Fiqih)Mahally, (Tafsir) Sawi, (Tauhid) Dusuki,(Nahwu) Al-fiyah( Ibnu Aqil), (Usul Fiq) Ghayah Ushul,(Mantiq) Sabban Malawy,(Bayan)JauharMa’nun,(Sharaf)Matlub,(Hadist)Majalisussaniah,(Tarif) Nururi Yaqin,(Tasawuf) Sirajud thalibin,(Tajwid)Hidayatul Mustafidh, Hidayatus Shalikin, dan hafalan keturunan Nabi, Malaikat 10 dan juga I’tikat 70, ujarnya.
“Dayah ini sekarang banyak putra/putri luar Daerah melanjutkan pendidikan agamadi. Melalui lembaga dayah juga ,kata Abon Sudir, para santriwan dan santriwatri dibekali berbagai pemahaman agama yang kuat, displin dalam beribadah juga pendidikan akhlaq.
Dayah Miftahul Falah Al Aziziyah, adalah merupakan Pasantren terpadu akan memainkan peranan sangat penting dalam rangka penguatan islam di Bumi Aceh, Serambi Mekkah.
Karena itulah, dia selain mengajar berbagai kitab kuning (kitab gundul atau turas) di dayahnya, juga santri diajarkan pendidikan formal terdiri dari tingkat Tsanawiyah(MTsS) dan Aliyah (MAS) mengikuti kurikulum kementerian Agama sesuai dengan perkembangan zaman.
Umar A pandrah.