Abu Kuta (duduk dikursi) |
Teungku H Usman Kuta Krueng, biasa disapa Abu di Kuta, adalah sosok ulama kharismatik, ia sangat dicintai ummat hhususnya di bumi Aceh, yang dijuluki Serambi Mekkah.
Bagi masyarakat Aceh tak ada yang tidak mengenal ulama yang satu ini, terlebih dikalangan ulama muda, tokoh intelektual, mahasiswa dan pejabat pemerintahan serta masyarakat lainnya.
Karena ulama yang satu ini sering hadir dalam berbagai acara, baik acara takziah, sunat rasul, pernikahan, maulid, dan tepung tawar.
Baik yang mau memasuki rumah baru maupun kantor serta peletakan batu pertama bangunan mesjid, surau serta bangunan lainya, bahkan Abu di Kuta sering mendapat jemputan untuk memanjat do,a bersama meminta berkah maupun dalam hal tolak bala dan tausyiah agama diberbagai rumah ibadah.
Suatu ketika Moslem bersilaturrahmi ke rumahnya di pondok pesantren Munawwarah, Desa Kuta Krueng, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya.
Tampaknya pekarangan rumah Abu Kuta yang terletak di komplek pesantren itu agak sepi, kami melihat pintu rumah terbuka lebar, yang ada sandal bertumpukan didepan pintu, terlihat satu dua orang santri lalu lalang di depan rumah, lalu kamipun penasaran dan ingin tau dari dekat.
Rupanya begitu kami melihat, Abu di Kuta berada diruang tamu rumah yang luasnya sekitar 10 X 15 meter, dikerumuni masyarakat yang ingin mendapakan bantuan Abu secara bergiliran.
Mulut Abu terus bergerak membaca do,a tiada henti, dan didepannya dipenuhi dengan air putih diisi dalam jerigen dan botol plastik.
Seorang ibu tua merangkak kedepan Abu, ia mencium tangan ulama itu dengan air mata yang berlinang.”Abu lon susah aneuk lon batat that han jitem jak sikula dan mengaji”, ujar wanita itu sambil mengangkat air dalam botol kedepan Abu, air matanya terus berlinang.
Abu di Kuta tak berkata apa-apa sambil terus bermunajat dalam do’a dan berzikir, dia hanya berkata, “banyak bersabar dan terus berdo,a selesai shalat, . Insya Allah dan mudah-mudahan Allah memberi pertolongan”.
Setelah mendengar hal itu, Ibu tua itupun senyum agak malu-malu, kemudian bersalaman mencium tangan Abu dengan alas kain tudung lebar , sambil meminta barakah dari ulama yang dicintainya.
Belum selesai ibu itu tadi bergeser kebelakang, yang lain pula maju kedepan untuk merapat meminta hal yang sama, namun keluhannya tak serupa.Pendek kata, permasaalahan beragam-ragam sesuai dengan apa yang dialami.
Ibu ini memakai tudung lebar datangnya dari Lhokseumawe, sengaja ingin menjumpai Abu Kuta untuk meminta agar Abu berdo,a untuknya.
Ibu ini lain pula ceritanya, sambil menoleh kiri kanan dan rasa malu-malu ia menceritakan. “Abu suami lon hantom sembahyang dan meujudi, watee wou urumoh mengamuk ngon lon dan ngon aneuk mit sabee”, sambil menetes air mata kesedihan.
Abu Kuta pun tak banyak berkata, hanya menjawab, “banyak shalat tengah malam dan jangan henti-henti berdo,a agar Allah memberi pertolongan kepada hamba yang sabar”, ucap Abu Kuta pelan sambil terus berdoa.
Ibu dari Kota LNG Lhokseumawe inipun manggut-manggut, mulai bisa tersenyum. Demikian dari hari kehari pimpinan Dayah Munawwarah Desa Kuta Krueng dalam melayani berbagai penderitaan ummat.
Hampir tak ada waktu bagi Abu Kuta untuk istirahat, sejak selesai shalat subuh Abu Kuta sudah ada yang menunggu untuk meminta berbagai petuah dirumahnya.
Kadang-kadang Abu Kuta, terlambat makan dan hampir tak ada ruang untuk mandi dan istirahat, namun ulama kharismatik ini tak pernah mengeluh, ia sangat tulus ikhlas membantu orang yang membutuhkan bantuan.
Abu Usman Kuta Krueng, adalah sosok ulama yang dicintai ummat, mulutnya selalu penuh dengan zikir, munanjat doa siang dan malam, tak ada ruang baginya untuk istirahat, karena umat banyak yang perlu bantuan dan petuah darinya.
Ada banyak kelebihan pada diri Abu Kuta yang dicintai umat, bila ia berpergian kesuatu tempat, Abu disambut penuh dengan kemuliaan.
Begitu Abu Kuta turun dari mobil, masyarakatpun datang merapat Abu sebagai bersalaman mencium tangan ulama itu, sebagai pertanda takzim sang tuan guru yang dicintainya.
Mungkin kita masih ingat, suatu ketika dulu Panglima ABRI Jendral Tri Sutrisno datang ke Aceh, orang pertama yang dijumpainya adalah Abu Kuta Krueng meminta barakah.
Begitu juga menteri Bulog alm Bustanil Arifin serta sejumlah Jenderal dan menteri kabinet lainnya, mereka kalau belum berjumpa dengan Abu Kuta, tak puas rasanya datang ke Aceh, konon lagi yang berjabatan sebagai menteri, agar Abu berdo’a untuknya jauh dari segala mara bahaya.
Hal itu belum juga berakhir sampai kini, dan bahkan terus berlangsung dari waktu ke waktu, para pembesar dari pusat yang datang ke serambi mekkah tak pernah alpa mengunjunginya.
Mereka datang, paling kurang meminta do,a ulama yang satu ini yang dianggap mustajab, agar dapat menghindari dari hal yang tak diinginkan.
Bukan berarti Ulama lain tak dikunjungi, namun Abu di Kuta lebih utama dari perhatian. Selain ia adalah sosok ulama kharismatik, juga merupakan ulama sufi yang sangat mencintai umat dan tempat rakyat meminta petunjuk kepada jalan kebenaran.Wallahu’alam.
Umar A Pandrah.