Banda Aceh-Rumah Sakit Ibu
dan Anak (RSIA) Pemerintah Aceh pada bulan November 2017 memperoleh nilai
akreditasi paripurna, atau akreditasi bintang lima dari Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS). Setelah setahun berlalu dilakukan kembali verifikasi oleh tim
surveyor dari KARS dengan tujuan agar pelayanan keselamatan pasien terjamin,
demikian ungkap Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak dr Nyak Rinda MARS, saat
ditemui media ini usai kegiatan Survei verifikasi akreditasi ke-1 versi 2012
Rumah Sakit Ibu Anak oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit di Aula RSIA Banda
Aceh, pada Senin 19 November 2018.
“Kegiatan
verifikasi akreditasi tahap pertama ini dilakukan setelah tahun 2017
diakreditasi oleh KARS dan mendapat nilai paripurna. Jadi setiap tahun akan
diverifikasi untuk tahap pertama tahun 2018, nanti 2019 verifikasi tahap kedua
dan tahun 2020 harus re-akreditasi. Tujuannya untuk memberikan pelayanan yang
bermutu dan keselamatan pasien terjamin di RSIA. Untuk melalukan evaluasi
penilaian awal pembenahan apa saja yang harus dilakukan, tujuan survei ini
untuk meningkatkan pelayanan pasien, fokusnya penyelamatan pasien, “ papar Nyak
Rinda.
Lebih
lanjut alumnus Fakultas Kedokteran Unsyiah ini mengatakan bahwa di dalam
akreditasi ada 15 Pokja yang akan dinilai, dan setiap Pokja ada standarnya
masing-masing yang harus dipenuhi mulai dari dokumen yang berisi kebijakan,
pedoman, SOP, setelah itu ada sosialisasi kepada semua pegawai di RSIA agar memahami apa yang dikerjakan harus sesuai
aturan.
Menurutnya
dengan jumlah tenaga kesehatan 497 orang saat ini sudah memadai, hanya saja
belum memiliki dokter spesialis radiologi dan dokter spesialis THT, sebagai
rumah sakit pemerintah kekurangan tersebut harus dipenuhi. Sementara itu,
ditambahkannya dari sisi peralatan untuk penangan kasus pada anak, ada
pelayanan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk bayi yang baru lahir 0-1
bulan.
“Harapan
ke depan dikasih fasilitas sesuai standar RSIA, karena seiring makin
meningkatnya jumlah pasien membutuhkan penambahan tempat parkir karena lahan yang sempit. Karena mengelola sebuah
rumah artinya padat karya, padat modal, padat SDM dan padat masalah dan kita
memang harus punya seni dalam mengelola rumah sakit, “ pungkasnya.
Soraya