Banda Aceh-Balai
Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh menyelenggarakan Seminar Nasional Budaya
Saman selama 2 hari pada tanggal 23-24 September 2019, di Gedung Anjong Mon
Mata Komplek Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh.
Kegiatan
yang pertama sekali digelar di Aceh ini, didukung oleh Pemerintah Aceh melalui
program platform Indonesiana Gayo Lues dalam rangkaian Festival Budaya Saman
2019 dibuka oleh Plt Gubernur Aceh Ir H Nova Iriansyah MT, yang diwakili oleh
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin, SE pada Senin malam
(23/09).
Seminar
ini diikut oleh peserta sebanyak 300 orang dari berbagai kalangan, dan sebanyak
200 peserta seminar dari umum mendaftar secara online melalui portal resmi BPNB
Aceh.
Dalam
sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin, SE mengatakan dari sekian banyak tarian di Indonesia ini,
Tari Saman adalah salah satu tarian yang populer dengan gerakannya yang cepat
dan indah, serta tingkat kesulitan yang tinggi.
Awalnya
Tari Saman ini merupakan tarian rakyat masyarakat Gayo yang biasanya
ditampilkan hanya dalam acara budaya saja. Namun, karena daya tariknya yang
tinggi, Tari Saman terus berkembang dan dipelajari banyak seniman dalam maupun
luar negeri. Maka tak heran, jika Tari Saman menjadi icon Indonesia dalam
berbagai event festival di internasional. Seminar Nasional Budaya Saman adalah
salah satu forum ilmiah yang akan mengungkap sisi lain dari Tari Saman.
“Sebagai
tarian yang mendapat perhatian dunia, wajar jika cerita tentang Tari Saman
mengundang daya tarik banyak orang. Karena itu, kami sangat mendukung langkah
Balai Pelestarian Budaya Aceh yang menggagas seminar ini. Dengan demikian,
kelak kita akan memiliki dokumentasi lengkap tentang Tari Saman”, ujarnya.
Sementara
itu, Kepala BPNB Aceh Irini Dewi Wanti SS M SP dalam laporannya menyampaikan Seminar
Nasional Budaya Saman 2019 dilaksanakan sebagai wujud partisipasi aktif
memeriahkan perayaan atas kelestarian ekosistem pertunjukan Saman, dan Satu
windu Saman sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia (World Intangible Cultural
Heritage).
Selain
itu, kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi untuk melahirkan sejumlah
kebijakan atau rekomendasi terkait pengelolaan Saman, menuju masa depan Saman
yang cemerlang dan semakin mendunia, tambahnya.
“Saman
sebagai warisan budaya dunia sekarang bukan hanya milik masyarakat Gayo Lues,
tetapi juga milik Indonesia dan milik dunia. Sudah 8 tahun Saman ditetapkan
sebagai warisan budaya dunia, sekarang saatnya kita menggali kembali Saman dari
segi tampilan maupun penguatan ekosistem dalam pertunjukan kesenian beserta
unsur-unsur pendukungnya. Terlebih tantangan ke depan akan semakin berat
tatkala berhadapan dengan era serba digital dan gempuran budaya pop yang
semakin pesat, seni tradisi semisal Saman tentu harus dipastikan kelestariannya
agar semakin berakar di tanah air, “ demikian paparnya.
Seminar
yang mengangkat tema “Strategi Pemajuan Saman di Indonesia: Antara Harapan dan
Realita” menampilkan para narasumber, diantaranya Dr Restu Gunawan, M Hum.
(Direktur Kesenian-Ditjen Kebudayaan Kemdikbud), Prof Margaret Kartomi
(Akademisi Etnomusikologi Monash University-Australia), Prof Drs H Yusny Saby,
MA Ph D (Guru Besar UIN Ar-Raniry), Harry Waluyo (Global Network Facilitator of
ICH-UNESCO), Drs Muhammad Takari, M Hum
Ph D (Akademisi Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara), Dr Kamaruzzaman
Bustamam-Ahmad, MA (Akademisi UIN Ar-Raniry), Dr Sal Murgiyanto, MA (Ilmuwan dan
Kritikus Tari di Indonesia), dan Murtala (Praktisi Tari Indonesia di
Australia). Turut menjadi keynote speaker pada acara ini yaitu Ir. Ananto
Kusuma Seta M Sc Ph D (Staf Ahli Mendikbud RI Bidang Inovasi dan Daya Saing).
Seminar
Nasional Budaya Saman 2019 digelar oleh BPNB Aceh dan didukung oleh Pemerintah
Aceh dan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. Untuk memeriahkan acara ini, BPNB Aceh
menampilkan pertunjukan bernuansa Gayo; di antaranya pertunjukan Bejamu Saman,
penampilan alat musik etnik Gayo, Kerawang Gayo, Kopi Gayo, dan pameran
buku-buku literatur Aceh serta berbagai produk kerajinan bordir Gayo.
Soraya