Banda Aceh-
Wakil Walikota Banda Aceh H.Zainal Arifin sempoyongan di usir emak-emak dari
Mesjid Al makmur Lampriet, usai Shalat Ashar, Jum,at, 31/1, lelaki yang disapa
dengan nama Cek Zainal itu terlihat terombang-ambing, ditarik-tarik,
dipukul-pukul sampai terhuyung-huyung diantara lautan manusia.
Seorang saksi
mata Lisanuddin Acha yang mengirimkan video peristiwa itu ke Moslem, menyebut
Cek Zainal diusir warga Lampriet ketika ingin mengumumkan sesuatu kepada warga,
secara bersamaan kerumunan wanitapun segera mendorong-dorong dia sampai
terhuyung.
Wakil Walikota
kemudian tampak diapit oleh dua orang pria keluar dari mesjid Lamprit,
disebut-sebut kedatangan Cek Zainal untuk mengumumkan pergantian pengurus
mesjid Al-Makmur, namun media ini belum mendapat konfirmasi resmi dari pihak
Pemko Banda Aceh atas kehadiran Cek Zainal di Lampriet.
Kerusuhan Mesjid
Lampriet telah berlangsung memasuki hari keempat, sejak empat hari lalu terjadi
kericuhan usai magrib terhadap pembubaran ceramah di mesjid Al-Makmur oleh
sekelompok orang yang belum terindikasi dari pihak mana.
Kericuhan itu
berlanjut hingga Shalat Shubuh ketika kelompok penyerbu merebut micropon untuk
mengumandangkan azan, mereka juga merebut untuk menjadi imam, namun tidak
diberikan oleh warga Lampriet.
Mesjid Lampriet
sedianya adalah waqaf seorang wanita yang tinggal disana dan sebuah areal
kosong yang tidak berpenghuni, menurut Sahari Gani yang tinggal disebelah
mesjid Lampriet, dahulunya disitu ada sebuah rumah, disampingnya ada tanah
rawa tempat anak-anak bermain.
Seusai tsunami masjid
itu dibangun oleh Raja Oman dengan bangunan yang sangat modern, berlantai dua,
memiliki fasilitas lengkap, dari mulai tempat wudhuk hingga fasilitas untuk
warga yang mengalami cacat, seluruh lantai bawah dilapisi ambal tebal berwarna
merah, sejak itulah masjid Lampriet disebut Mesjid Oman.
Lampriet adalah
sebuah desa yang diperuntukkan untuk Pegawai kantor Gubernur Aceh, seusai
Gubernur Ali Hasymi dilantik, dia mendatangkan pegawai dari Sumatera Timur dan
Pulau Jawa yang bersedia tinggal di Aceh, kepada mereka dibangun rumah dinas untuk
dihuni, akibat para pegawai kantor Gubernur sebelumnya telah bergabung dengan
Abu Beureueh naik ke gunung untuk memperjuangkan Darul Islam.
Ketika damai terjadi
antara pemerintah Indonesia dan Darul Islam pada tahun 1959, para komandan
Darul Islam kemudian diberikan asrama yang kini dikenal dengan barak asrama
Dewan Revolusi di desa Lampriet.
Tarmizi Alhagu.