Untuk pertama kalinya di dunia, Turki menggunakan drone sebagai elemen utama dalam serangan udara di Idlib Suriah
lustrasi: Drone Turki. (Foto file - Anadolu Agency) |
Faruk Zorlu
ANKARA
Seorang pakar pertahanan mengatakan pengerahan drone bersenjata yang ekstensif oleh Turki dalam perangnya melawan pasukan rezim Suriah di Provinsi Idlib mengedepankan doktrin militer baru di dunia.
"Untuk pertama kalinya di dunia, drone digunakan sebagai elemen utama dalam serangan udara selama Operasi Perisai Musim Semi Turki," kata Bahri Mert Demirel, pakar industri pertahanan di Turki, kepada Anadolu Agency.
Dia mengatakan penggunaan drone di Suriah dengan cara ini telah mengedepankan doktrin militer baru tidak hanya di Turki tetapi juga dalam literatur dunia tentang perang.
Turki melancarkan Operasi Perisai Musim Semi pada Minggu, setelah 34 tentara Turki gugur dalam serangan udara oleh pasukan rezim Bashar al-Assad di Idlib pada akhir Februari. Para prajurit ditempatkan di sana sebagai bagian dari kesepakatan yang dicapai pada 2018 dengan Rusia untuk melindungi penduduk sipil dan kelompok-kelompok kontra-teroris.
“Turki sebelumnya menggunakan drone bersenjata di Suriah selama Operasi Perisai Eufrat (2016), Operation Ranting Zaitun (2018) dan Operation Mata Air Perdamaian (2019), tetapi dalam operasi tersebut, drone dikerahkan sebelum operasi dimulai untuk meluncurkan serangan udara yang intens,” ujar Demirel.
Untuk pertama kalinya, Turki menggunakan drone bersenjata sebagai elemen utama dalam Operasi Perisai Musim Semi.
Dia menambahkan pasukan bersenjata Turki belum melancarkan serangan darat di Idlib sebagai bagian dari operasi.
Menurut Kementerian Pertahanan, pasukan Turki telah melumpuhkan 3.138 unsur rezim di Suriah sejak dimulainya Operasi Perisai Musim Semi dan menghancurkan 151 tank, 47 howitzer, tiga jet, delapan helikopter, tiga drone dan delapan sistem pertahanan udara.
Penggunaan drone
Berbicara mengenai tujuan menggunakan drone medan perang, Demirel mengatakan secara umum, kendaraan udara tak berawak (UAV) dan kendaraan udara tak berawak tempur (UCAV) digunakan sebagai pendukung udara jarak dekat.
“Selain itu, kendaraan tersebut digunakan untuk mengumpulkan sinyal elektronik dan intelijen dan juga digunakan sebagai unsur pendukung bagi elemen angkatan udara lainnya,” kata Demirel, yang telah menulis beberapa makalah penelitian tentang industri pertahanan.
Dia mengatakan drone telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mencapai target di darat.
Pada Operasi Perisai Musim Semi Turki, drone mengambil peran utama, sementara jenis pesawat tempur lainnya menyandang tingkat kepentingan kedua dan pesawat tempur Turki F-16 hanya digunakan secara terbatas.
“Selama Operasi Perisai Musim Semi, Ankara telah mengerahkan model UAV Bayraktar TB2 dan Anka,” tambah dia.
Peran vital sistem peperangan elektronik
Demirel juga menggarisbawahi bahwa sistem perang elektronik Turki telah memainkan peran penting dalam memungkinkan drone bersenjata Turki menghancurkan sistem pertahanan udara Suriah, meskipun wilayah udara Idlib ditutup.
Rekaman video yang beredar di media sosial dan diklaim dibagikan oleh Kementerian Pertahanan Turki menunjukkan bahwa sistem pertahanan udara Pantsir buatan Rusia berhasil dihancurkan oleh drone militer Turki dalam Operasi Perisai Musim Semi.
"Pantsir tidak dapat melakukan tugasnya di Suriah karena Turki melakukan perang elektronik yang sangat serius dan menggunakan sistem serangan elektronik radar termasuk KORAL untuk mencegat dan menipu sistem radar di Suriah," ungkap dia.
Sementara itu, angkatan bersenjata Turki saat ini tidak memiliki drone yang mampu meluncurkan serangan udara ke udara terhadap pesawat Rusia dan Suriah.
Turki merealisasikan programnya mengembangkan dan memproduksi pesawat tanpa awak dalam kurun waktu 10 tahun. Dengan produk-produk ini, angkatan bersenjata Turki telah memperoleh pengalaman serius melalui operasi di Suriah dan Irak.
Turki memiliki kemampuan operasional dan pengalaman yang paling luas dalam penggunaan pesawat tanpa awak di antara negara-negara Eropa.
Operasi Turki di Suriah
Sejak 2016, Turki telah meluncurkan trio operasi anti-teroris yang sukses melintasi perbatasannya ke Suriah utara untuk mencegah pembentukan koridor teror dan memungkinkan penduduk setempat untuk hidup dengan damai, yaitu Operasi Perisai Eufrat, Operasi Ranting Zaitun dan Operasi Mata Air Perdamaian.
Turki pada Minggu mengumumkan serangan baru di Suriah barat laut, sebagai bagian dari Operasi Perisai Musim Semi.
Operasi itu diluncurkan setelah 34 tentara Turki gugur dan belasan lainnya terluka dalam serangan udara rezim Assad di zona de-eskalasi Idlib, tepat di seberang perbatasan selatan Turki, bulan lalu.
Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Namun, rezim dan pasukan Rusia di zona itu terus melanggar gencatan senjata dan menyebabkan lebih dari 1.300 warga sipil tewas dan 1,7 jiwa mengungsi ke perbatasan Turki dengan Suriah.
Anadolu Agency