Banda Aceh - Proyek pembangunan IPAL (Instalansi Pengolahan Air Limbah) di Rusunawa Keudah Banda Aceh, dibawah Dinas PU dan PR Kota Banda Aceh mulai dikerjakan sejak pertengahan Juli, dan direncanakan selesai dibangun pada November 2020.
Awalnya rencana dikerjakan sejak Maret 2020, namun karena Covid-19 jadwal kerja bergeser, pekerjaan baru dilaksanakan bulan ini, karena anggaran tahap pertama dari DAK pusat baru cair pada bulan Juni.
Demikian dikatakan Kabid Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banda Aceh Muhammad Siswanto ST MT kepada media ini di Pango Banda Aceh pada Kamis (23/07).
Program sanitasi sudah dimulai dari 2010, diharapkan pada 2020 bisa tercapai zero limbah, harapannya di Banda Aceh setiap gampong memiliki IPAL, namun umumnya yang mengusulkan pembangunan IPAL merupakan pesantren, lanjutnya
"Kendala pembangunan IPAL lebih cenderung pada faktor sosial bukan teknis. Masih banyak masyarakat menolak karena sudah memiliki septik tank. Selain itu, jika pengerjaan macet berdampak tidak dikucurkannya dana pada tahap berikutnya. Tidak ada sanksi karena proyek ini dikerjakan melibatkan masyarakat secara swakelola, " ujar Siswanto yang juga selaku PPK.
"Desain IPAL untuk Rusunawa Keudah sudah dibuat sejak 2018, kemudian diusulkan ke pusat karena Pemko tidak memiliki anggaran. Pembangunan IPAL Rusunawa Keudah ini memang harus segera dilaksanakan, karena septik tank lama tidak sanggup lagi menampung tinja. Sebulan sekali sampai melimpah, dan untuk mengatasinya tidak mudah karena banyak orang merasa jijik, " paparnya yang turut didampingi PPTK Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Limbah Andi HS ST
Sementara itu, Fasilitator Pendamping Andre Kusmayandi ST menjelaskan karena waktu bergeser maka akan terjadi sejumlah perubahan di lapangan yang harus diantisipasi, dan disesuaikan dengan kondisi kerja.
"Pembangunan IPAL lebih bagus pada saat musim kemarau, sementara saat ini sudah memasuki musim penghujan sehingga kendalanya jika lubang yang sudah digali tidak segera ditutup, maka air akan tergenang dalam lubang, dan ini menjadi masalah yang harus dihadapi, " paparnya.
"Sampai saat ini progres pengerjaan yang dilakukan oleh KSM yang melibatkan tukang karena sulitnya mencari tenaga kerja gampong berjalan baik. Kami mendorong pengerjaan bisa selesai sesuai target, sehingga bisa melakukan pencairan tahap kedua. Untuk anggaran sebesar Rp 450 juta untuk 2 lubang IPAL, " tuturnya.
Menurutnya, agar pembangunan IPAL komunal tiap gampong di Banda Aceh bisa berjalan lancar, dan didukung seluruh masyarakat harus dikuatkan dengan Qanun Limbah yang sampai kini belum disahkan, karena Kota Banda Aceh semakin padat dan perlu penataan pengolahan limbah agar tidak kumuh dan mencemari lingkungan.
Dia berharap IPAL Rusunawa Keudah bisa menjadi best practice bagi wilayah lain di Banda Aceh, seperti pembangunan IPAL sebelumnya yang berhasil di Setuy dan Beurawe.
Soraya