Jantho- Seorang pensiunan ANS di Jantho melewati usia senja dikandang
sapi, lelaki itu bernama Zulkarnen, dia sudah beberapa tahun pensiun dari
tempat kerjanya kantor BPN Aceh Besar, lalu membeli sebuah lahan didesa Weu
Jantho.
Dilahan seluas lebih satu hektar,
Zulkarnen membuat sebuah kandang sapi berbentuk
bangunan yang tertutup seperti sebuah gudang, didalamnya dia memelihara 13 ekor
sapi.
Semua sapi itu dibeli dari warga
setempat, setelah dipelihara selama 3 bulan dengan pakan yang diberikan
Zulkarnen, sapi peliharaan itu dijual kembali dengan keuntungan yang didapat mencapai
empat juta rupiah tiap ekor.
https://i.ytimg.com/an_webp/JvB9ZYBa5kM/mqdefault_6s.webp?du=3000&sqp=CJWWuYUG&rs=AOn4CLAQv2IOEG5bQ70InxWU5OAX2nUMXA
“Saya baru memulai usaha disini,
saya menanam rumput untuk pakan sapi, dari mulai pengolahan lahan hingga
menyemai benih dan pemupukan, semua dilakukan seperti menanam padi,
rumput-rumput ini kami rawat dengan baik, selalu kami siram dan pemupukan dari
kotoran sapi peliharaan.”
Zulkarnen mengaku telat menekuni
usaha peternakan sapi ini, seharusnya dia memulainya lebih awal saat masih
bekerja sebagai ANS, lelaki itu mengaku lalai, masih sering membuang waktu
sia-sia kala itu.
Walau baru memulai usaha ternak
sapi, Zulkarnen telah menjual 30 ekor sapi dalam setahun ini, setelah sapi peliharaan
dijual, dia membeli kembali sapi-sapi kurus milik warga yang masih sehat,
kemudian digemukkan dikandang, tiga bulan kemudian dijual lagi, begitulah
terus, katanya.
Melihat kandang seluas 10 x 15
meter yang bersih, serasa seperti tidak berada dikandang sapi yang biasanya
mengeluarkan aroma bau menyengat, kandang Zulkarnen ini sungguh berbeda, lantainya
dari semen, dia memberi penyekat tiap ekor sapi seukuran lebar dua meter,
didepan sekatan ada semacam kotak tempat pemberian makan, tepat diujung kepala
sapi, disisinya ada sebuah kotak kecil lagi tempat pemberian minum.
Saat saya tiba siang hari,
sapi-sapi itu masih tidur, dari luar kandang terdengar suara lembut alunan musik,
ternyata musik itu berasal dari dalam
kandang sapi, saya tersenyum geli, guyonan lelaki tua ini menidurkan sapi
dengan musik ternyata boleh juga.
Setelah membawa saya berkeliling
melihat berbagai jenis rumput yang dia tanam, lelaki itu membawa saya masuk
kedalam kandang, dia terlihat menarik ujung tali dikepala sapi yang tertidur
dilantai, sapi itupun mencoba bangkit dengan enggan, terdengar suara dengusan.
Zulkarnen menjelaskan setelah
pemberian pakan pada pagi hari, mulai pukul 10 sapi akan tidur hingga pukul
16:00, saat terjaga sapi akan diberi pakan lagi, mereka akan terus makan hingga
malam hari, jelas dia.
Selain pakan yang ditanam dilahan
peternakan, sapi juga diberi pakan jerami hasil fermentasi, semua sapi peliharaan Zulkarnen dirawat
dengan sangat baik, mulai dari memandikan sapi, membawanya berjalan-jalan
keluar kandang, hingga pemeliharaan kesehatan sapi dengan pemberian obat yang
diperlukan.
Manyoritas dikandangnya Zulkarnen
memelihara sapi Aceh, alasannya sapi ini mudah dirawat, tidak perlu sering
dibawa jalan-jalan, akan berbeda dengan sapi berjenis besar seperti simental,
setiap dua hari sekali harus dibawa jalan-jalan keluar kandang, agar tidak
terjadi penumpukan lemak ditubuh sapi yang bisa membuatnya lumpuh.
Seekor sapi limousine muda
berusia sekitar satu tahun juga terlihat dikandang Zulkarnen, meski usianya
masih anak sapi, tapi ukurannya sudah lebih besar dari sapi biasa, sapi-sapi
jenis besar ini makannya lebih 20 kg/hari ujar Zulkarnen.
Untuk merawat semua sapinya dan
mengurus pertumbuhan rumput dan pakan, Zulkarnen hanya mempekerjakan seorang
pria, dia juga menanam banyak pohon pisang yang akan diberikan sebagai pakan
sapi.
“Pohon pisang ini banyak
seratnya, kita ambil yang masih muda dan banyak getahnya, agar sapi memiliki makanan berserat yang dibutuhkan untuk pencernaan, agar bisa lebih
sehat.”
Begitulah Zulkarnen menjadi
peternak sapi diujung usianya, dia tampil berbeda dari umumnya peternak
sapi di Aceh, lelaki ini merawat sapi lebih serius bagaikan merawat seorang
bayi, didesa Weu dibawah kaki pegunungan Seulawah dia menuturkan kisahnya
Tarmizi Alhagu