Jantho- Ibrahim
warga Jantho kini tidak lagi memelihara sapi, lelaki paruh baya itu kewalahan
mencari rumput bila musim kemarau tiba, sehingga dia tidak mampu memenuhi pakan
untuk dua ekor ternaknya, akibatnya dia terpaksa menjual semua sapinya.
“Bila tiba musim kemarau saya
harus mencari rumput ketempat yang jauh, rumput disekitar sini mengalami
kekeringan, saya harus mencari rumput
didaerah rawa-rawa yang masih tumbuh, terkadang untuk mengurus diri saya
sendiripun sudah tidak sempat lagi, kata Ibrahim.
Akibat tidak ada rumput yang
tumbuh pada musim kemarau, sapi-sapi warga desa Weu menjadi kurus, mereka harus
bekerja ekstra mencari rumput ke daerah rawa yang jauh bila tidak ingin sapinya
makin kurus lagi.
Desa Weu tempat Ibrahim tinggal
hanya berjarak sekitar 5 kilo meter dari pusat kota Jantho, Aceh Besar, desa ini berbatas dengan sebuah sungai besar
yang mereka sebut Krueng Jantho
disebelah timur, namun warga desa
Weu mengalami kesulitan air untuk pertanian mereka, akibat pemerintah tidak
membangun irigasi.
Warga desa Weu hanya dapat
menanam padi satu kali dalam setahun, padahal kalau mereka memiliki irigasi
pendapatan masyarakat akan bertambah dengan hasil panen padi 2 kali dalam
setahun.
Ibrahim mengatakan mereka sudah
berulang kali meminta irigasi kepada pemerintah, tetapi sampai saat ini masih
diabaikan, ujar penduduk di kaki pegunungan Seulawah itu.
Penduduk desa Weu sebagian
berhasil menanam sawit didaerah bantaran sungai, dilokasi daerah aliran sungai
itu masih memiliki air yang cukup untuk tanaman, namun bila jaraknya jauh sedikit,
air semakin sulit diwilayah pedesaan dengan topografi pegunungan dan bukit itu.
Air kata Ibrahim menjadi kunci
keberhasilan pertanian dan peternakan mereka, bila pemerintah tidak kunjung
membangun irigasi, maka penduduk akan
semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tarmizi Alhagu