https://youtu.be/WrY_kZ0X7S0
Barisan bukit
bukit berjajar disepanjang jalan, disisi kanan terlihat berlapis lapis rumput
tebal menghijau, bersusun menempel dibadan bukit, dari kejauhan mengesankan
rumput tebal itu bagai permadani yang menghias setiap undakan bukit.
Begitulah panorama
perbukitan Samahani, tempat para peternak sapi menanam rumput untuk pakan
ternak mereka, rumput itu sangat tebal dengan warna hijau cerah, dari dekat
terlihat bagai sayuran dikebun petani.
Disanalah seorang mantan
Bupati Muchlis Basyah yang kerap disapa Adun Muklis menghabiskan hari-harinya,
lelaki paruh paya itu membuka sebuah peternakan sapi disebuah kebun seluas tiga
hektar.
Muklis membuat tiga kandang
besar untuk sapi-sapi miliknya, yang mampu menampung sekitar 150 ekor sapi
dewasa, tetapi saat kami datang sapi dikandang mantan bupati itu hanya 34 ekor
lagi, selebihnya sudah dipindahkan kelokasi pembibitan dikawasan Seulimum.
Dua orang pekerja terlihat
sedang merawat sapi dikandang, mereka memperlihatkan kepada kami seekor sapi
jantan yang sangat besar, “sapi ini beratnya 900 kg, persilangan dari sapi
Limousine dan Sapi Simental, ukurannya sudah terlalu besar, tidak bisa lagi
dipasangkan untuk kawin dengan sapi lain, rencananya sapi ini mau dijual .” kata
mereka.
Sapi blasteran limousine dengan simental seberat 900 kg.
Sebuah kandang besar lainnya
menampung sapi jenis Angus, jenis sapi peranakan dari Australia, hampir semua
sapi dikandang Adun Muklis dari jenis sapi unggul, berasal dari berbagai negara.
Untuk pemberian pakan,
Muklis memberikan mereka makanan rumput
jenis bh dan king grase, yang dibudidaya pada 20 ha lahan miliknya, rumput itu
ditanam diperbukitan sepanjang jalan menuju kandang sapi, didesa Lam Ara Engking, sebuah lokasi yang
menuju kandang sapi mantan Bupati Aceh Besar itu.
Menurut pekerja yang membantu
dipeternakan, sudah ratusan sapi dijual dari kandang itu, dikatakannya, Muklis
sudah membangun kandang sapi sejak tahun 2009 dilokasi sekarang, dia juga
membawa jenis rumput unggul untuk dibudidaya.
Usia
SMP sudah Pelihara Sapi.
Mukhlis Basyah sendiri
mengaku sudah memelihara sapi sejak usia SMP,
saat menduduki jabatan Bupati Aceh Besar dia memfokuskan pembangunan
peternakan jenis sapi, beberapa expo peternakan dilakukan di Aceh Besar kala
itu, beberapa kali Aceh Besar menyabet juara untuk Aceh.
Budidaya sapi yang dilakukan
Muklis tergolong agak modern, dia memiliki kandang yang bersih dengan lantai
bersemen, kandangnya disekat untuk beberapa ekor sapi, didepan sekatan kandang
dibuat tempat untuk makanan sapi, ditambah sebuah tempat minum terpisah.
Dari budidaya itu setiap
tahun Muklis dapat meningkatkan berat sapi sekitar 35 persen dari berat tubuh,
dia mengurus sapinnya dengan sangat teliti untuk mencapai pertambahan berat
seperti itu, dengan menjaga sapi tetap sehat, memberikan vitamin dan
menghindari sapi dari bakteri.
Jika sudah cukup besar sapi
dikandang Muklis dijual dengan harga Rp.55 ribu/kg bruto, dipilihnya penjualan pola itu agar pemilik sapi
dan penjual tidak ada yang dirugikan, ujar dia, daripada jenis penjualan dengan
menaksir harga perekor sapi, yang berkemungkinan ada yang bakal dirugikan.
Selain melakukan penggemukan
sapi, Adun Mukhlis juga melakukan pembibitan sapi, dia memiliki 50 ekor indukan
yang kini sudah beranak 43 ekor, semua sapi itu dibudidaya dilokasi kandang
Seulimum.
Dia juga pernah memiliki 4
ekor sapi perah, namun hasil perahan susunya sangat minim, bila ditempat asal
sapi perah itu bisa mendapat 25 kg susu, sapi yang diperah Muklis hanya
mendapat 15 kg susu, “sepertinya iklim di Samahani tidak cocok untuk budidaya
sapi susu, mungkin di Sare atau Gayo lebih cocok,” kata Adun Muklis.
Adun
Munkhlis Himbau Pemerintah.
Dia juga punya permintaan
kepada pemerintah, supaya melakukan pembinaan kepada peternak sapi, memberikan
bantuan pengobatan untuk sapi, juga memberikan inseminasil untuk induk sapi, “pemerintah
kan selalu ada alokasi anggaran,” seharusnya pemerintah melakukan distribusi
kepada masyarakat, dengan adanya petugas-petugas dilapangan, “ selama ini
kehadiran pemerintah seperti tidak ada, peternak berjalan sendiri,” kata dia.
“Saya mengharapkan
pemerintah memberikan cara peternakan modern, selama ini sapi kawin secara
alami, kawin sesama jenis induk dengan anaknya, sehingga semakin lama sapi itu
semakin kerdil, tetapi bila dikawinkan dengan sapi lain yang lebih unggul, saya
yakin sapinya akan lebih besar, walaupun sapi Aceh dikawinkan dengan sapi lain,
dia akan lebih besar.”
“ Ternak memang banyak di
Aceh, tetapi pada hari-hari H kita harus ketergantungan ke Medan, karena sapi
kita tidak bisa dijual, karena kalau orang punya sapi dikandang, seharusnya dia
punya target, setahun setengah dari anakan, dia sudah bisa dijual, “
“Tetapi sapi kita tidak,
sudah empat tahun belum bisa dijual, gak cukup kapasitas dagingnya, kecil
begitu,” maksudnya harus terlibat pemerintah untuk memberikan pendidikan yang
mumpuni kepada masyarakat, kata Adun.
Tarmizi
Alhagu.