Kadis Pertanian Dan Perkebunan Aceh Ir Cut Huzaimah |
Banda Aceh- Petaka besar terhadap pertanian tidak dapat dihindari
di masa depan. Terutama akan dialami oleh petani padi yang harus menghadapi masalah
kekeringan dipenghujung musim kemarau, akibat semakin kecilnya debit air akan
berpengaruh besar pada penurunan produksi padi.
Demikian disampaikan Kadis
Pertanian Dan Perkebunan Aceh Ir Cut Huzaimah, dia sangat merasa khawatir, karena persoalan air ini memicu pertikaian
antar petani, seperti yang terjadi di kawasan Pidie saat pembagian air. Pertikaian serupa juga terjadi di Aceh Besar ketika petani berebut air
dipenghujung musim kemarau.
Masalah air ini kata Cut Huzaimah
tidak memiliki jalan keluar, setiap penghujung musim kemarau air yang
dibutuhkan oleh petani padi selalu tidak mencukupi. Disanalah Keujruen Blang
harus bijak membagi air secara merata,
kata dia.
Menurut Cut Huzaimah penurunan
debit air yang tajam sangat berhubungan dengan berkurangnya kawasan hutan
di pegunungan. Penebangan kayu yang berlebihan itu memicu berkurangnya air dimusim
kemarau, ujar wanita yang memiliki paras cantik ini.
https://youtu.be/XQVLJcATpfg
Belanda Punya Solusi.
Pemerintah Belanda memiliki pola mumpuni
dalam mengatasi masalah air untuk pertanian mereka. Negeri yang tidak memiliki
pegunungan, apalagi kawasan hutan seperti di negeri tropis ini, membuat kawasan hutan sendiri justru diantara persawahan mereka.
Di negeri kincir angin itu pohon
ditanam dalam sebuah areal luas ditengah-tengah sawah. Pola seperti ini terjadi di seluruh negeri Holland, sehingga
kalau dilihat dari kejauhan, hutan-hutan buatan terlihat seperti pulau di antara hamparan sawah.
Besarnya ongkos produksi hampir
mencapai separuh dari hasil panen, namun
bila dihitung lagi dengan ongkos kerja petani dalam menggarap sawah, keuntungan
itu hampir tidak didapat, ujar seorang petani di Kecamatan Kuta Baro, Aceh
Besar.
Terhadap persoalan itu kata Cut
Huzaimah, petani Aceh harus merubah pola tanam kearah yang benar. Seperti
penggarapan sawah pasca panen, mereka harus menggunakan MH 11 yang diproduksi
oleh pelajar dari SMK Sare dalam mengolah sawah, “ unsur hara sawah itu telah
terikat zat besi,” kata dia.
Cut Huzaimah juga menyarankan
agar petani tidak bergantung pada pupuk kimia, pupuk organik justru bisa meningkatkan produksi padi lebih tinggi. Seperti yang dilakukan petani di
Kabupaten Pidie, mereka berhasil meningkatkan hasil panen dari 7 ton menjadi 9
ton, ujar Kadis Pertanian itu.
Tarmizi Alhagu