Banda Aceh - Tokoh Perbankan Syariah Nasional sekaligus Direktur Utama Bank Aceh, Haizir Sulaiman, hari Senin (10/10/2022) mengakhiri masa tugasnya di Bank Aceh. Haizir aktif sebagai Direktur Utama sejak dilantik pada 8 Oktober 2018. Sabtu, (8/10/2022) lalu, ia mengakhiri masa tugas sebagaimana mandat yang diamanatkan dalam RUPS pada 2018 lalu.
Pria kelahiran Alur Pinang, Sama Dua, Aceh Selatan tanggal 15 April 1963 memulai kiprahnya di Bank Aceh (saat itu masih bernama BPD) sejak tahun 1989, diawali sebagai karyawan pelaksana administrasi, dan pada tahun 1992-1997 menjabat sebagai supervisor, dilanjutkan sebagai kepala bagian pada 1997-2004.
Tahun 2004, BPD Aceh mendirikan unit syariah dan Haizir menjadi orang pertama yang ditunjuk memimpin unit syariah. Karirnya semakin melejit ketika pada tahun 2011-2015, dia ditunjuk sebagai Direktur Syariah dan SDM pada 2015-2016. Berikutnya Direktur Dana dan Jasa (2016-2018), dan terakhir Direktur Utama PT Bank Aceh Syariah dari 2018 sampai sekarang.
Haizir bukanlah sosok yang asing di industri perbankan syariah nasional, saat ini ia menduduki jabatan sebagai Ketua Bidang Syariah pada organisasi Asosiasi Bank Daerah (Asbanda).
Peran pentingnya sangat dirasakan bagi akselerasi pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional. Ia menjadi inisiator menjadikan Bank Aceh sebagai bank pertama di Indonesia yang melakukan konversi pada 19 September 2016 lalu. Proses konversi Bank Aceh berhasil menjadikan pangsa pasar (market share) perbankan syariah nasional menembus level psikologis di atas 5 persen.
Sebagai informasi, sejak Tim Perbankan MUI berhasil membangun bank syariah pertama di Indonesia, yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 1 November 1991, pangsa pasar perbankan syariah tidak pernah berhasil menembus level psikologis di atas 5 persen atau 5 percent trap. Apa yang dilakukan Haizir memberikan paradgima baru bagi pengembangan perbankan syariah nasional di tanah air. Terbukti, pasca konversi Bank Aceh, market share berhasil menembus level psikologis menjadi 5,35 persen.
Saat ini setidaknya ada dua bank umum yang telah mengikuti jejak Bank Aceh melakukan proses konversi yakni Bank NTB Syariah, dan Bank Riau Kepri Syariah. Selain itu, saat ini sejumlah bank juga tengah melakukan proses konversi, yakni Bank Nagari, Bank Sulselbar dan Bank Bengkulu.
“Eksistensi Bank Aceh tidak hanya hadir sebagai sebuah lembaga keuangan, tetapi juga sebagai sebuah gagasan, ide, maupun cita-cita yang besar bagi masa depan instrumen arsitektur ekonomi syariah di Aceh maupun nasional,” ucapnya saat perayaan HUT Bank Aceh ke 49 Agustus lalu.
Di tangan Haizir, faktanya Bank Aceh mengalami pertumbuhan yang pesat. Agenda transformasi bisnis, budaya, dan tampilan yang dicanangkannya membawa Bank Aceh adaptif terhadap perubahan yang terjadi melalui sejumlah layanan digital dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. Bank Aceh juga berhasil menjadi Bank syariah terbesar ketiga di Indonesia dengan 180 jaringan kantor yang terdiri atas 26 kantor cabang, 100 Cabang Pembantu, 24 Kantor Kas, dan 24 Kantor Payment Point.
Hingga triwulan III 2022, ia masih memberikan capaian positif bagi kinerja keuangan Bank Aceh. Aset Bank Aceh mencapai Rp 29 triliun tumbuh sebesar 7,3 persen secara year on year (YoY), dana pihak ketiga sebesar tumbuh 7 persen menjadi Rp 23,7 triliun, pembiayaan tumbuh sebesar 5,3 persen menjadi 17 triliun, dan laba bersih sebesar Rp 318 miliar atau tumbuh sebesar 22,7 persen.
Tak heran, apa yang ditorehkannya di apresiasi oleh sejumlah pihak. Di tahun ini ia berhasil meraih Top CEO dari Top Business serta Top Leader Awards dari Warta Ekonomi. Di sepanjang 2022, Bank Aceh juga berhasil meraih sejumlah penghargaan bergengsi seperti Indonesia Best BUMD awards 2022 dari Warta Ekonomi, Indonesia Syariah Award 2022 dari The Iconomics, Top BUMD Awards dari Top Business, serta Sharia Finance Awards dari Warta Ekonomi.
Teranyar, ia juga berhasil membawa Bank Aceh menduduki peringkat pertama untuk kategori bank KBMI 1 dengan aset di atas Rp25 triliun dari Majalah infobank. Awal 2022 lalu Media internasional dari Dubai, Gulfnews, juga sempat mengulas keberhasilan sosoknya mengawal konversi dan transformasi Bank Aceh.
“Dunia berubah dengan pesat. Pendulum bisnis juga bergeser, mengukuhkan hanya organisasi yang responsif terhadap perubahan lingkungan dan zaman yang akan terus bertahan,” kata Haizir dalam sambutannya bersama karyawan pada Jumat, 7 Oktober lalu.
Ia berharap, siapapun yang menjadi suksesornya mampu menjadikan Bank Aceh menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Bukan hanya sebagai regional bank, tetapi menjadi go nasional bahkan juga mampu berkiprah dalam kancah global.
Hari ini, Direktur Bisnis Bank Aceh, Bob Rinaldi ditunjuk sebagai pelaksana tugas Direktur Utama Bank Aceh. Penunjukan tersebut dilakukan oleh Komisaris Utama Bank Aceh, Taqwallah melalui Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank Aceh Syariah Nomor : 002/DK-BA/X/2022 Tentang Pengangkatan Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank Aceh pada tanggal 10 Oktober 2022.
Adapun Surat Keputusan penunjukan Plt Direktur Utama akan berlaku hingga jangka waktu selama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal ditetapkan atau sampai dengan diangkatnya Direktur Utama PT Bank Aceh Syariah.
Red