Dwi Nurmaini |
Banda Aceh - Selasa, 7 Maret
2023 tergerak langkah saya untuk mengunjungi Dinas Peternakan Aceh. Sebuah
intansi pemerintah yang mengelola potensi ekonomi cukup besar. Paling tidak kalau melihat
besarnya jumlah sapi di Aceh Besar yang mencapai lebih 80.000 ekor.
Setidaknya dari Aceh Besar saja
bila dikalkulasi dalam Rupiah, ada bisnis peternakan sapi lebih dari dua
triliun Rupiah di kabupaten itu. Namun
di sana ada masalah kesehatan sapi yang cukup serius, hewan ternak mengalami
stunting, akibat dari kebersihan kandang yang tidak terurus.
Bersebab itulah saya ingin
bertemu Kadis Peternakan Aceh Zul Supran. Saya ingin sekali tahu ada berapa banyak populasi sapi
di Aceh secara keseluruhan. Untuk bertemu big bos Dinas Peternakan ini saya sudah mengirimkan
pesan Whatsapp jauh-jauh hari, namun tidak berbalas.
Pagi Selasa saya kirim lagi
Whatsapp, tidak berbalas juga. Lalu saya samperin big bos ini ke kantornya,
ternyata dari keterangan petugas penerima tamu menyebutkan dia lagi rapat. Lama
menunggu di ruang tamu, tidak ada kejelasan juga. Akhirnya kami bertanya untuk
konfirmasi, seorang pria tambun kemudian mengarahkan untuk bertemu seseorang
bernama Taufan.
Kamipun bersedia bertemu Taufan,
namun katanya dia lagi ke dokter gigi. Dijanjikan pukul 14:00 ketemu, kamipun
datang kembali sesuai jadwal. Taufan tidak juga muncul, informasinya
mobilnya ada, tapi orangnya tidak tahu entah kemana.
Gagal bertemu Taufan, kami diarahkan
untuk bertemu staf program bernama Dwi Nurmaini. Tapi kami tidak berhasil memperoleh informasi yang memadai. Dwi mengatakan mereka belum bisa memberikan informasi,
karena semua informasi populasi sapi di Aceh masih sedang dalam proses verifikasi di pusat.
Dwi menjelaskan tentang populasi
riil sapi di Aceh bisa berubah-rubah, karena sapi ini barang bergerak. Dia
meminta menunggu saja hasil verifikasi dari pusat, namun wanita ini memberi
gambaran populasi sapi di Aceh lebih dari 500.000 ekor.
Kami juga meminta data petugas
yang menangani kesehatan hewan di Aceh. Dia juga mengatakan datanya belum
lengkap dari kabupaten dan kota. Hanya selembar kertas berisi informasi tenaga paramedis
veteriner yang tidak dapat disimpulkan kami dapatkan dari wanita ini.
Data Paramedik Veteriner Aceh |
"Dinas Peternakan Aceh hanya sebagai koordinasi, hanya menyediakan obat-obatan saja, " ujar Dwi, ketika kami menyampaikan bahwa di Aceh Besar hanya ada dana 70 juta Rupiah saja untuk kesehatan hewan. Sementara soal lainya setiap kabupaten dan kota memiliki anggaran sendiri, lanjutnya.
Kalau benar seperti yang
dikatakan Dwi, dapat disimpulkan Dinas
Peternakan Aceh tidak berfungsi dan tidak perlu ada. Pada kenyataannya mereka tidak mengurus persoalan
peternakan secara baik, padahal investasi masyarakat pada sektor peternakan sudah
belasan triliun Rupiah.
Tarmizi Alhagu