Banda Aceh - Berbagai kuliner tersaji pada even Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di Taman Sulthanah Safiatuddin. Dengan tema "Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia", kuliner khas Aceh yang penuh rempah-rempah menjadi incaran pengunjung, karena rasanya yang nikmat.
Salah satunya Muloh Teupeh atau bandeng tanpa duri, kuliner ini sudah menjadi oleh-oleh khas Pidie sekarang, dan banyak diburu wisatawan lokal. Kemasannya pun semakin menarik, jika dulu dijual masih terbungkus daun pisang, kini sudah dikemas ke dalam kotak dengan desain modern.
Kawasan yang memproduksi kuliner ini berada di Gampong Trueng Campli Kecamatan Glumpang Baro, Pidie. Kuliner Muloh Teupeh ini juga sudah banyak yang memproduksinya di Pidie, sehingga sudah banyak pilihan rasa.
Salah satunya Muloh Teupeh Cek Fah yang tampil di Stand Pidie. Owner Muloh Teupeh Cek Fah Zainatul Ulfa mengatakan usahanya sudah berjalan dari tahun 2017, dan berkembang hingga kini dengan dibantu pemasaran oleh dinas Kabupaten Pidie dan Bank Aceh Syariah, seperti mengikuti kegiatan even PKA dan pameran UMKM lainnya.
"Cara mengolah Muloh Teupeh ini, dimulai dari ikan bandeng dibersihkan terlebih dahulu dengan memisahkan duri dan tulangnya tanpa merusak kulitnya. Daging ikan dikeluarkan lewat mulut dan lubang insang. Selanjutnya daging ikan dihaluskan dan dicampur dengan bumbu. Lalu dagingnya dimasukkan lagi, dibungkus dengan daun pisang dan dibakar sampai aromanya keluar, " paparnya di Stand Pidie pada Minggu (12/11).
Ditambahkannya, bandeng yang digunakan berasal dari tambak yang ada di Pidie. Ikan ini selalu ada di pasaran dengan harga yang bervariasi. Seperti diketahui ikan bandeng merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak dikembangkan di Pidie. Dengan banyak diolah menjadi kuliner menarik, tentunya bisa meningkatkan hasil pengolahan perikanan Pidie.
"Ikan bandeng ini memiliki rasa yang khas, rasa dagingnya enak sehingga banyak yang suka walaupun banyak duri. Tantangan mengolah Muloh Teupeh ini menghilangkan durinya sehingga enak dimakan. Dulu orang tua kita sering menyajikan ikan bandeng dengan cara digoreng. Jadi kemudian generasi saat ini mencoba mengolahnya dengan dipanggang, " jelasnya.
Dikatakannya, pengolahan ikan ini agar dagingnya menjadi lunak maka dipukul-pukul sehingga dinamakan Muloh Teupeh. Untuk bumbunya menggunakan berbagai macam rempah-rempah, seperti ketumbar, jintan, lada, pala, sereh, cengkeh dan kapulaga. Ditambahkan sejumlah bumbu lainnya seperti bawang merah, bawang putih, cabai kecil dan santan.
"Muloh Teupeh kini sudah menjadi oleh-oleh dari Pidie. Kuliner ini bisa di nikmati siapa saja, tua dan muda. Untuk harganya cukup terjangkau 50 Ribu Rupiah, produk kita sudah dikemas kotak sehingga gampang dibawa untuk dijadikan sebagai buah tangan, " ucapnya.
Sejak disajikan pada Anjungan Pidie selama kegiatan PKA ke-8, pengunjung banyak yang berminat dengan kuliner ini, setiap hari selalu ada yang beli, apalagi Anjungan Pidie selalu ramai, katanya.
Tampak Anjungan Pidie seperti Rumoh Aceh dengan 2 lantai, setiap harinya baik di lantai 1 maupun lantai 2 selalu ramai pengunjung. Pada lantai 1 Anjungan Pidie banyak dipamerkan aneka kuliner dari Pidie, selain itu juga selalu ada demo pembuatan emping melinjo.
Diharapkannya, ke depan semakin banyak even pameran produk usaha kecil menengah dari daerah sehingga bisa membantu pemasarannya lebih luas, masyarakat juga jadi mengetahui kuliner ini.
ADV