Kulit Manis Didalam Sebuah Wadah |
Banda Aceh - Ceceran jerami berserakan di atas rak kayu di teras masuk Stand
Kota Banda Aceh pada PKA-8. Kesan jorok dan kampungan langsung menghinggapi, di atasnya terlihat
bahan rempah berada di atas beberapa wadah.
Saya melihat kulit manis di dalam
sebuah wadah tergeletak di atas jerami. Apa hubungannya antara kulit manis
dengan jerami? Pikiran itu membuat saya
tergelitik, karena sungguh sangat kontras, antara jerami dan kulit manis sudah
pasti beda lahan.
Kulit manis adalah bahan rempah
yang sering digunakan dalam masakan tradisional Aceh, seperti masakan daging
masak puteh. Biasanya ada kulit manis sebagai penyedapnya, masakan gulai ikan tongkol
juga terkadang menggunakan kulit manis untuk penyedap.
Tanaman ini sangat populer di
Aceh, selain sebagai penyedap, kulit manis juga menjadi bahan campuran beberapa
obat herbal, untuk minuman seperti bandreks. Kulit manis merupakan bahan utama
yang harus ada.
Bandreks adalah sejenis minuman
yang disajikan hangat. Rasanya manis dan sedikit pedas, ada rasa jahe juga
dalam minuman itu. Biasanya disajikan bersamaan dengan pisang goreng dan
gorengan lainnya. Masyarakat Aceh mengkonsumsi minuman ini untuk menghilangkan
rasa dingin pada tubuh, atau untuk mengeluarkan angin ketika tidak enak badan.
Begitulah kulit manis salah satu
bahan rempah khas Aceh. Dibudidaya pada banyak kebun masyarakat, hampir tidak
ada kebun yang di dalamnya tanpa pohon kulit manis. Karena pohon ini merupakan
kebutuhan keseharian masyarakat, baik untuk penyedap makanan maupun obat
herbal.
Nah. Lalu
itu, jerami untuk apa ditumpuk
berserakan di teras Stand Kota Banda Aceh. Untuk hal ini sungguh saya tidak
punya jawaban, karena biasanya jerami ditumpuk di sawah seusai panen padi tiba. Di Kabupaten Pidie, jerami ditumpuk di dalam beurandang (gudang) yang diberikan
untuk pakan sapi. Seringnya jerami itu berserakan di jalanan desa yang jatuh
dari mulut sapi saat makan sambil berjalan.
Penjaga Stand |
Melangkah sedikit ke dalam lewat sebuah pintu kaca, saya disambut pasangan muda dengan pakaian adat. Lelakinya memegang sebilah tombak, saya kembali geli dengan keganjilan Stand Banda Aceh. Untuk apa tombak itu ? Mau digunakan untuk apa? Biasanya tombak digunakan warga pedesaan untuk memburu babi, lalu di Banda Aceh mau diburu apa?.
Mushaf Al Qur,an Koleksi Tarmizi A Hamid |
Makin kedalam sebuah lorong menghimpit pengunjung, di sisi kanannya ada sebuah Mushaf al Qur,an ditulis tangan. Diletakkan di dalam sebuah kotak kaca, kata petugas anjungan yang bernama Ariansyah. Mushaf itu milik seorang kolektor bernama Tarmizi Abdul Hamid, bahannya dari kertas Eropa, kata Arinsyah. Setelah saya teliti ternyata kertas itu berasal dari bahan Papier yang berasal dari Mesir.
Sebuah Mushaf lagi berada di ujung
lorong, dalam peti kaca juga. Kedua koleksi Al Qur,an itu ditulis tangan pada
abad ke XVII M. Pada sisi kiri beberapa wadah rempah di susun berjejer jauh, sebuah
pisau ikut dipamerkan dengan penjelasan untuk mengolah rempah.
Di ujung lorong tampak sebuah
pajangan produk minyeuk pret, berbagai bahan rempah diletakkan di atas meja
besar. Yang katanya bahan pembuatan parfum produk Aceh itu, dua potong gaharu kecil ditaruh di atas sebuah
wadah. Wanginya masih teras ketika saya mencoba cium.
Itulah panorama pameran Stand
Kota Banda Aceh pada perayaan PKA-8 tahun 2023. Menampilkan berbagai produk
kekinian sampai kepada bahan songket dan tas. Dan yang paling membuat kelucuan
adalah si abang ganteng dengan tombaknya, mau tombak siapa Bang ?
(Adv)