Banda Aceh-Dewan Pimpinan
Daerah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (DPD HIMKI Aceh) menyelenggarakan
acara seminar pengembangan UKM menuju Agroindustri di Gedung Balai Kota Banda
Aceh pada Kamis (28/02).
Acara
tersebut dirangkai dengan deklarasi pedesaan menuju gampong emas gemilang di
Aceh, pelatihan perajin kayu rotan berbasis UKM Kota Banda Aceh, Mou Yayasan
Desa Emas Indonesia dengan KSU Al-Afgani Aceh.
Adapun
materi seminar pengembangan UKM menuju Agroindsutri Aceh menghadirkan pemateri
dari Kementerian Perindustrian RI tentang “Peranan Kementerian Perindustrian
mengintegrasikan industri hulu-hilir memperkuat UKM dan Agroindustri, pemateri
kedua DPP Himki Pusat tentang “Peranan Himki dalam mengembangkan industri
hulu-hilir mebel dan kerajinan menuju pasar nasional dan ekspor Indonesia.
Pemateri
ketiga dari Kementerian Desa tentang “Peradaban yang tangguh mandiri
bermartabat sejahtera dan membawa dampak pembangunan industri pedesaaan. Pemateri
keempat dari Bank Indonesia tentang “Peranan perbankan dalam rangka pengembangan
UKM dan agroindsutri menuju pasar eskpor, dan pemateri kelima dari Komite
Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) tentang “Industrilisasi pedesaan menuju
gampong emas gemilang di Aceh”.
Kepala
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Drs. Muhammad Raudhi, M Si mengatakan
perkembangan industri kecil menengah di Aceh belum begitu signifkan, masih
banyak sentuhan yang perlu difasilitasi. Menurutnya, hal tersebut tidak bisa
dilakukan oleh pemerintah sendiri, semua pihak yang berkaitan harus
berkoloborasi dengan membina, mendampingi dan membantu.
“Target
kita ini menginvertaris dulu seluruh Aceh mana produk yang bisa dikembangkan,
dan kita kita kemas untuk lebih tinggi lagi, berkembang lagi bisa masuk pasar
lain, “ terangnya.
Lebih
lanjut, Raudhi menjelaskan jika satu desa satu produk, bergerak semua desa di
Aceh, hanya saja sejauh mana rencana pengiriman barang, ordernya bagaimana. Menurutnya
ada lembaga yang mengurus dan bagaimana skala produksi bisa diperbesar.
Sementara
itu, Ketua DPD Himki Aceh Razali Idris memaparkan industri mebel di Aceh
umumnya masih industri keci dan menengah, misalnya ada pengusaha mebel kayu
rotan masih sangat kecil dengan jumlah pekerja 3 hingga 5 orang.
“Tapi
ada yang bagus di Aceh, sekarang perajin mebel kayu rotan pekerjanya 70 persen
berasal dari Jepara dan Cirebon. Ke depan pemerintah, Himki, perajin, IKM kayu
rotan dan perajin lain harus dijalankan dengan bagus. Dengan acara ini terbuka
untuk berkembang, “ urainya.
Menurutnya,
modal masih menjadi kendala bagi pengusaha mebel, karena itu belum bisa ekspor.
Nilai bahan baku hanya 25 persen, sementara industri pengolahan, eksportir dan
pebisnis kayu rotan bernilai 75 persen. Harapannya, bisa berjalan industri
mebel kayu rotan di Kawasan Industri Aceh (KIA) karena ada investor yang
berminat.
Soraya