https://youtu.be/cDWP2k5O3lA
Lam Ateuk-
Sapi-sapi di Aceh Besar mengalami kesulitan pertumbuhan akibat tidak memiliki
kandang yang bersih dan permanen, para peternak juga tidak mendapatkan
perawatan kesehatan hewan oleh pemerintah, demikian disampaikan oleh para peternak sapi
di desa Cot Preh, Aceh Besar, Jum,at, 25/6. Di Lam Ateuk.
Mereka menyebut bila ingin merawat
sapi harus membayar kepada mantri hewan,
harganya sesuai jenis obat yang diberikan, demikian juga bila sapinya disuntik hamil harus membayar
Rp.80.000.
Kandang sapi milik peternak di
Aceh Besar umumnya dalam kondisi kotor berlantai tanah, banyak kandang tidak
memiliki dinding, sehingga sangat beresiko untuk kesehatan hewan, apalagi
petugas yang membidangi kesehatan hewan dari pemerintah tidak pernah datang,
bilapun datang karena dipanggil dan dibayar.
Seekor sapi di Cot Preh dengan
umur lebih 4 tahun baru mencapai nilai jual 18 juta rupiah, hal ini berbeda
dengan sapi milik peternak Zulkarnen di desa Weu, Jantho yang berusia lebih 2 tahun sudah memiliki nilai jual Rp.16
juta.
Sapi milik Zulkarnen dipelihara
dengan kandang yang bersih berlantai semen, sekelilingnya dilapisi dinding,
peternak sapi ini juga rutin menjaga kesehatan sapinya dengan memberi obat. Sehingga
hanya dalam tiga bulan harga sapi dikandangnya sudah medapatkan peningkatan
nilai jual tiga juta rupiah.
Sementara sapi milik peternak Cot
Preh dalam setahun pemeliharaan hanya mengalami peningkatan nilai jual lima
juta rupiah.
Aceh Besar memiliki peternak sapi yang cukup
banyak, namun kesehatan hewan dan kondisi kandang sangat buruk, sehingga
mengganggu pertumbuhan hewan.
Peternak juga memiliki masalah
lain bila tiba musim kemarau, mereka kehilangan rumput untuk pakan sapi, rumput
yang tumbuh liar dan rumput budidaya bila hujan tidak turun dalam waktu yang lama mengakibatkan rumput
tidak tumbuh, kering bahkan mati.
Masalah seperti itu sangat
mengganggu para peternak sapi, kata Hamdani, seorang peternak sapi di desa Cot
Preh.
Tarmizi Alhagu.