Saya
ingin menginap di dayah, apa
memungkinkan ? tanya Taqwallah, Sekretaris Daerah Aceh pada Kepala Dinas
Pendidikan Dayah Aceh, Zahrol Fajri. Boleh pak, jawab Zahrol. Awalnya keinginan
ini kami pikir hanya senda gurau belaka. Namun, menjelang hari H, Taqwallah
makin serius, keinginannya menginap satu malam di dayah ternyata benar adanya.
Tepat jam 01.30 WIB, Sabtu dini hari, tanggal 06
November 2021, Taqwallah tiba di Dayah Perbatasan Manarul Islam Aceh Tamiang,
di kampung Seumadam, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang.
Salah satu dayah binaan Pemerintah Aceh melalui
Dinas Pendidikan Dayah Aceh.
Sekda Aceh itu tak meminta yang aneh-aneh, dia
hanya meminta sebuah bilik untuk beristirahat saja, kuncinya yang penting
bersih. Tak ada AC, bukan sebuah persoalan baginya.
Semalam menjadi santri, hal ini mungkin bisa
menjadi deskripsi dari aksi menginap semalam di dayah yang dilakukan oleh
Sekretaris Daerah Aceh Taqwallah.
Sekda Taqwallah mungkin sengaja ingin memastikan
aktivitas di Dayah Perbatasan Manarul Islam Aceh Tamiang berjalan dengan
efektif sebagaimana dayah-dayah yang memulai aktivitas proses belajar
mengajarnya dari shalat subuh.
Selain itu, kesiapan dayah perbatasan sebagai
Benteng Penjaga Aqidah ummat Islam dari upaya-upaya kristenisasi yang menyasar
daerah perbatasan juga menjadi perhatian Taqwallah.
Untuk itu, Rais ‘Am Dayah Perbatasan harus
memiliki visi misi yang kuat dalam menghalau serangan yang ada, dengan kata
lain, Rais ‘Am harus “tahan banting”.
Kita mempunyai tanggung jawab bersama dalam
penyelamatan akidah Ummat, pesan Taqwallah.
Soal aqidah tentu kita tak main-main, setiap
tahun Dinas Pendidikan Dayah Aceh tidak sedikit mengeluarkan biaya baik dari
segi pembangunan sarana dan prasarana juga dalam hal pembiayaan operasional
sehari-hari, ini bukti keseriusan Pemerintah Aceh dalam memperhatikan Dayah
Perbatasan.
Untuk itu, butuh keseriusan yang sama dari Rais
‘Am Dayah Perbatasan dalam mengimbangi Perhatian Pemerintah Aceh, dalam bentuk
pengembangan dan pengelolaan Dayah yang baik dan benar dalam menghasilkan
generasi yang juga cerdas secara intelektual dan juga spiritual.
Kunjungan semalam menjadi santri ini berlangsung
menggembirakan dan membahagiakan, Lingkungan Dayah sudah terlihat bersih dan
rapi, berarti efektivitas program Bersih, Rapi, Estetis dan Hijau (BEREH)
berjalan dengan baik di dayah Manarul Islam.
Aktivitas Santri Dayah Perbatasan dan Para Dewan
Guru yang sedang bersiap-siap melaksanakan Shalat Subuh berjamaah, menjadi awal
dari semua kegiatan di dayah ini.
Sekda Aceh Taqwallah dalam kesempatannya
bersilaturrahmi dengan santri Dayah Perbatasan Manarul Islam juga ikut
melakukan sosialisasi manfaat vaksinasi Covid 19.
Sekda menjelaskan bahwa vaksin itu untuk menjaga
kita agar tetap sehat dan kebal dari virus Corona. Santri Dayah harus menjadi
garda terdepan dalam upaya-upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat akan
pentingnya vaksin. Kita tidak ingin, Aceh menjadi daerah Endemis, karena di
wilayah lain capaian vaksinasi sudah melampaui angka di atas 50%, ujar Sekda.
Disamping itu, Sekda juga mengajak pengurus dayah
dan para dewan guru serta santri untuk melakukan penghijauan di Komplek Dayah
dengan menanam pohon-pohon yang bermanfaat secara variatif. Misalnya pohon
mangga, pohon kelapa dan lain-lain. Selain indah dipandang mata, pohon juga
banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Maka galakkan semangat
menanam pohon di lingkungan dayah. Saya berkeinginan perubahan ini dapat
disegerakan, harapnya.
Tentu segala perkembangan positif di Dayah
Perbatasan Manarul Islam harus kita berikan apresiasi untuk memantik daya gerak
yang lebih besar lagi ke depan nya dalam menghasilkan terobosan-terobosan
menyangkut dengan kemajuan Dayah Perbatasan.
Saya harus memastikan bahwa Dayah Perbatasan
sudah melakukan tugasnya dengan baik, ini adalah ikhtiar bersama kita, ujar Pak
Taqwa.
Seusai berkeliling Komplek dayah dan melakukan
Sosialisasi manfaat vaksinasi Covid-19 dengan Rais ‘Am, para dewan guru dan
santri Dayah Perbatasan Manarul Islam Aceh Tamiang, rombongan Sekda Aceh mohon
pamit untuk melanjutkan aktivitas lainnya yang tak kalah penting.
Setidaknya satu bentang malam telah dilalui Sekda
bersama para santri, termasuk menjalani rutinitas awal di pesantren yang
menjadi gerbang masuk ke Aceh itu.
Red