Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng.,IPU. |
Banda Aceh - Roda pemerintahan di bawah kepemimpinan Pj Gubernur
Aceh Achmad Marzuki kini sudah memasuki 100 hari kerja. Ikhtiar untuk membangun
Aceh mendapat respon positif dari Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK)
Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng.,IPU.
Mantan Rektor USK tersebut,
Minggu (16/10/2022), mengatakan Pj
Gubernur Aceh telah bekerja keras dalam menata Aceh setelah dihantam Covid-19.
Ia menyebutkan Bandara
Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) telah ditutup sebagai hub
internasional selama pandemi Covid-19. Namun setelah serangkaian komunikasi
seusai berangsur normalnya kondisi dunia, maskapai Air Asia rute internasional,
telah kembali terbang ke Aceh.
Saat ini, yang tidak banyak
diketahui publik, Pj Gubernur Aceh sudah memerintahkan jajarannya menyusun
draft Qanun Dana Abadi Pendidikan. Kemudian Menyusun data stunting by name by
address. Termasuk juga melobi Pusat sehingga rancangan perubahan UU Nomor 11
Tahun 2006 (UUPA) telah masuk dalam Prolegnas.
Samsul Rizal mengakui, bahwa apa
yang dilakukan oleh Pj Gubernur Aceh tidak begitu terpublikasi secara luas. Ia
mencontohkan kunjungan ke sejumlah kementerian, bertemu Presiden Joko Widodo,
dalam rangka membangun jembatan komunikasi, agar pemerintah Pusat melakukan
intervensi khusus untuk Aceh dalam sektor pembangunan.
Menurut Samsul Rizal, tidak mudah
membangun Aceh. Aceh sudah terlanjur diurus secara tidak serius pada periode
lalu. Banyak masalah pembangunan yang tidak selesai dan tidak dicarikan jalan
keluar.
Ketua Orwil ICMI Aceh ini
mencontohkan berlarut-larutnya pembebasan lahan Waduk Keureutoe dan Waduk Tiro
yang belum selesai sekarang. Dampak buruknya, saat ini Waduk Tiro dikeluarkan
dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Meski demikian, Samsul Rizal
mengatakan, dalam rentang 100 hari kerja, banyak yang telah Pj Gubernur Aceh
lakukan. Ketua Wilayah Persatuan Insinyur Indonesia (PII Wilayah Aceh) ini
menilai, Achmad Marzuki tidak menutup diri dari saran.
Ada problem yang tidak mungkin
dapat diselesaikan dalam waktu sangat cepat. seperti stunting, UMKM, dan
investasi besar. Tapi dengan langkah yang sedang dan telah dilakukan oleh Pj
Gubernur Aceh, Samsul Rizal percaya, Aceh akan lebih baik di masa akan datang.
Achmad Marzuki yang dilantik pada
6 Juli 2022 lalu telah melaksanakan sejumlah program untuk memacu pembangunan
demi kemajuan Aceh.
Di sektor perhubungan dan
pariwisata, Achmad Marzuki kini sedang memperjuangkan agar bandara SIM menjadi
Center of Umrah. Diikuti dengan penambahan rute angkutan udara perintis TA 2023
dan peningkatan ekspor komoditi Aceh melalui pelabuhan di Aceh.
Hasil kolaborasi Dinas
Perhubungan Aceh dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh sudah ada pembukaan 2
rute trans wisata (trans meudiwana) setiap hari Minggu pada rute yang ada objek
wisatanya.
Kemudian, perkembangan
revitalisasi pelabuhan Ulee Lheue terus dipacu, ditandai dengan penerapan
e-kiosk retribusi pada dua terminal tipe B. Selain itu juga memberikan dukungan
Kementerian Perhubungan terhadap penugasan kepada Pelindo untuk pengerukan
kolam Pelabuhan Kuala Langsa, serta pengerukan Lampulo pada tahun 2023.
Di sektor olahraga, Pj Gubernur
Aceh juga sudah menggerakan seluruh stafnya untuk menyukseskan Aceh sebagai
tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 bersama Sumatera Utara. Lokasi
PON untuk Aceh sudah disetujui, tentunya ini peluang untuk menyerap banyak
tenaga kerja.
Untuk bidang pertanian dan
pangan, Pj Gubernur Aceh sudah memastikan agar peremajaan 500 hektar lahan kopi
terlaksana dengan baik. Demikian dengan pengembangan 50 hektar untuk tanaman
nilam, tanaman kelapa yang mencapai 100 hektar serta peremajaan karet juga 100
hektar.
Dari Kementerian Pertanian
melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga ada pengembangan Food estate
seluas 10.000 hektar, untuk kedelai 7.000 hektar, padi lahan kering 300 hektar,
padi kaya gizi 1.500 hektar, padi sawah 9.500 hektar, penangkaran 50 hektar,
Jagung 15.440 hektar, ada bantuan alat mesin padi 109 unit, serta 8 unit
pengolahan pangan.
Dari Direktorat Jenderal
Hortikultura, ada sarana pengolahan cabe dan bawang 2 unit, pengembangan bawang
merah 30 hektar, pengembangan cabe 120 hektar, pengembangan tanaman obat 20
hektar, jahe 30 hektar, pisang barangan 30 hektar. Ada juga untuk jeruk 20
hektar, durian 70 hektar, sarana pengemasan 1 unit dan sarana panen 2 unit
Sementara itu dari Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,
ada sarana traktor dan mesin lainnya 87 unit, optimasi lahan sawah
kering Aceh juga mendapat bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM RI, ada
bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) untuk 248,815 Usaha Mikro, Mayor Project
Pengelolaan Terpadu UMKM Komoditas Nilam (Factory Sharing) untuk 1 (satu)
Koperasi Sekunder dan 5 (lima) Primer.
Selain memacu perkembangan
pembangunan fisik, Pj Gubernur dua hari yang lalu sudah mengumpulkan para
bupati dan wali kota dalam rapat koordinasi untuk mengevaluasi kinerja,
membahas tantangan dan mencarikan jalan keluar tentang inflasi, stunting,
kemiskinan, banjir, tambang minyak rakyat, serta sejumlah persoalan lainnya di
Aceh. Pertemuan tersebut akan dilakukan lagi setiap tiga bulan sekali.
Adventorial Diskominfo Aceh