Kantor Trans Continent Di Krueng Raya Aceh Besar |
Aceh Besar - Mengundang lebih seratus
pengusaha ke kantornya PT Trans Continent
di Krueng Raya, Aceh Besar, tentu bukan
sekedar untuk berbasa-basi bagi seorang Ismail Rasyid. Sebagai pengusaha dibidang peti kemas, sudah
pasti dia punya agenda besar
Lalu apakah agenda besar itu ? Sulit memang untuk memahami bila kita memakai standar ukur pemikiran orang Aceh pada umumnya. Tetapi Ismail Rasyid adalah seorang pengusaha
nasional dengan jaringan bisnis global, sudah pasti dia sudah mempersiapkan
dengan sangat matang.
Melihat kantor Trans Continent dan
tumpukan peti kemas di areal lahan 15 hektar. Saya mencoba memahami apa yang sedang direncakan pengusaha ini. Paling tidak saya mencoba menyusuri kembali apa sumber daya yang ada di Aceh, yang bisa dimasukkan kedalam peti kemas Trans Continent.
Dengan sumber daya perkebunan,
pertanian, peternakan dan berbagai produk industri Aceh. Saya bisa memahami bila Ismail Rasyid, sudah melihat semua peti
kemasnya bakal penuh terisi. Tinggal bagaimana dia menjadikan semua produk itu,
menjadi bahan yang bisa dia jual ke market global, di Eropa dan Amerika serta
belahan dunia lain.
Lalu untuk apa para
pengusaha itu dia kumpulkan? Sudah
pasti jawabannya Trans Continent ingin
bekerjasama dengan para pengusaha lokal, agar peti kemas miliknya penuh terisi
oleh komoditas dari pengusaha di Aceh .
Ismail Rasyid tentu bukan
pengusaha bodoh, dia sudah berkeliling Aceh melakukan survey bahan apa saja
yang bisa menjadi bisnis baginya. Ada cukup banyak komoditas kopi di Aceh. Selain itu juga ada cokelat, pinang, kopra, sawit. Belum lagi hasil kehutanan. Hasil peternakan
seperti sapi, domba, kambing, bulu domba untuk produk wol. Kemudian hasil perkebunan
lainnya sampai kepada sayuran dan perikanan.
Tidak semua hasil alam Aceh itu bisa langsung di ekspor. Tentu sebagian perlu diolah lagi menjadi produk jadi atau setengah jadi. Masalahnya jika diamati belum ada pabrik di Aceh yang mampu mengolah bahan baku yang ada di Aceh.
Itulah pentingnya
para pengusaha ini untuk Ismail Rasyid. Seperti misalnya untuk ekspor lemak kakao dari Aceh, tentu harus ada pengusaha
yang mampu mengolah biji cokelat menjadi berbagai produk turunan cokelat.
Jika ingin mengekspor kain wol dari bulu domba, maka harus diolah dulu
menjadi selimut, penutup kepala, penutup leher dan produk lainnya yang sangat dibutuhkan pada musim
dingin di Eropa. Ismail Rasyid tentu sudah melihat banyaknya domba di Aceh
bakal bisa memasok produk wol murah ke negara beriklim dingin. Tinggal dia mencari
saja siapa pengusaha yang mampu memproduksi wol.
Produk peternakan juga menjadi
sebuah harapan yang sangat menjanjikan. Dengan penambahan produksi sapi lebih banyak, Aceh bisa menjadi pengekspor daging ke negara lain, demikian juga
dengan domba dan kambing bisa diekspor ke Arab Saudi pada musim Haji.
Itulah sepertinya yang mungkin
bisa kita rekam sedikit, dari apa yang bakal dilakukan Ismail Rasyid dengan
perusahaan peti kemas Trans Continent. Dia punya agenda besar di Aceh, paling
tidak bila melihat lokasi kantor yang dibangunnya.
Di belakang kantor Trans continent
ada perbukitan yang menyambung ke Gunung Seulawah. Di dalam hutan yang ada
di bukit itu, ada berbagai hasil hutan
yang bisa di ekspor seperti cendana, berbagai bahan untuk produk farmasi,
serta bahan tambang yang masih belum terjamah.
Melihat kecerdasan dan kejelian
Ismail Rasyid dalam berbisnis, Saya bisa memahami dia memang sedang membangun
bisnis besar di Aceh. Dilihat dari kantornya saja yang menghadap Samudera Hindia,
dia seperti mengatakan kepada Aceh, “Saya akan berlayar mengharungi Samudera”
Pada kenyataannya Ismail memang sedang berencana, untuk membawa semua hasil alam dan produk Aceh
ke belahan dunia lain. Karena itulah dia butuh banyak pengusaha, untuk mengisi peti kemasnya dengan komoditas
dan produksi mereka.
Tarmizi Alhagu