Ketua Panitia Haul Iskandar di depan
Banda Aceh - Seorang pria tampak sibuk di atas panggung. Dia kelihatannya sedang membereskan sisa-sisa sebuah perhelatan, di depannya masih ada sebuah tenda besar dengan jejeran kursi yang masih diduduki beberapa orang.
Di sisi utara terlihat panitia dan beberapa jurnalis duduk di beberapa meja. Sepertinya mereka sedang menikmati makan siang, para tamu undangan kelihatannya sudah meninggalkan lokasi. Lelaki tambun di atas panggung terus saja membereskan sisa acara.
Hari itu Rabu, 25 Desember 2024 berlangsung Haul Sultan Iskandar Muda ke 388. Lelaki yang membereskan panggung itu ternyata Ketua Panitia bernama Iskandar S. Sos, MSi, wajahnya menampakkan kelelahan. Sedikit terlihat kusam dengan keringat sudah mengering, masih ada juga tetes keringat mengalir dari wajah itu.
Di sisi selatan terhampar sebuah makam, bentuknya besar dengan bangunan beton yang kokoh, berada di sisi yang lebih tinggi dari makam yang banyak di lokasi itu. Itulah pemimpin terbesar Aceh Sultan Iskandar Muda, Raja Agung yang bersemayam sekitar 12 meter dari panggung Iskandar berdiri.
Dalam kelelahan saya meminta Iskandar untuk berfoto di sisi makam, karena saya sudah berniat untuk membuat tulisan monumental tentang dia. Pria yang sangat peduli tentang sejarah Aceh, walaupun terkadang dia di susupi sejarah palsu oleh orang lain kepada dirinya.
Iskandar dan Iskandar Muda adalah dua nama yang sama dengan nasib yang berbeda. Berada dalam kurun waktu berbeda pula, tetapi keduanya mengisi ritme Kota Banda Aceh. Iskandar Muda adalah Raja Agung pada abad ke XVII M, dia sezaman dengan Sultan Sulaiman Al Qanuni dari Turki.
Iskandar Muda juga berasal dari masa ke emasan Islam, saat lebih seluruh Eropa berada dibawah kekuasaan Turki Ustmani , dari Hongaria sampai Austria. Dari Krimea hingga Bosnia, Turki saat itu menguasai tiga benua, dengan wilayah kekuasan sepertiga bumi.
Pada masa itulah Sultan Iskandar Muda hidup, dengan kekuasan luas dari Bengkulu hingga Pattani. Dia adalah Sultan terbesar dari pecahan negeri Champa yang pernah ada. Darahnya mengalir darah Persia dan Champa, dua darah yang kemudian membentuk sebuah bangsa bernama Aceh.
Berulang kali saya melihat Iskandar menatap makam Sultan Iskandar Muda. Dia seperti merajut bukti sejarah dari Raja yang fenomenal itu, Iskandar Muda adalah Raja yang sudah turun bertempur pada usia belia. Pada usia 16 tahun Iskandar Muda berangkat dari Pidie bersama pasukan kakak laki-laki sepupunya untuk melakukan kudeta terhadap pamannya di Banda Aceh.
Pada masa itu sebagian daratan Aceh sudah dikuasai Portugis. Pasukan dari Pidie ingin mengambil alih kedudukan Sultan Aceh, tetapi mereka kalah dari pasukan Sultan. Iskandar Muda dimasukkan kurungan, dia kemudian dilepaskan untuk memerangi pasukan Portugis, saat itulah Iskandar Muda mendapat kemenangan.
Lelaki yang datang dari Meureudu itu kemudian meminta pamannya untuk memberikan jabatan Sultan Aceh kepada dirinya. Keinginan itu dipenuhi Sultan, sejak saat itulah Aceh memasuki babak baru mengarungi peta kekuasaan dunia.
Penakluk Wanita
Satu persatu negeri ditaklukkan Iskandar Muda, satu persatu pula Putri Kerajaan ditaklukkan Raja Agung itu. Dari mulai Putro Phang hingga Putro Ijo. Dia bahkan mendapat hadiah seorang wanita dari Habsyi, seserahan dari Raja Afrika kepada dirinya.
Wanita Habsyi itulah kemudian yang meneruskan garis keturunan melalui Panglima Polem. Sampai sekarang keturunan mereka masih memakai gelar Polem, dengan ciri fisik tinggi semampai berkulit hitam manis.
Perjalanan Iskandar Muda kemudian mencapai ujung. Ketika pasukannya kalah dalam perang mengusir Portugis di Melaka, saat itulah Raja Agung itu jatuh sakit. Dia terus melemah, hingga kematiannya masih menjadi misteri hingga saat ini.
Mati Diracun
Iskandar Muda meninggal tidak lama setelah perang dengan Portugis, tidak ada catatan bagaimana dia meninggal. Sejarah tutur yang berkembang dari keturunan ulama Aceh masa lalu, Iskandar Muda disebutkan mati dibunuh, sebagian lain disebutkan mati diracun.
Sejarah kematiannya masih menjadi misteri, sebagaimana misteri terhadap makamnya. Selama lebih dari 300 tahun makam Sultan Aceh yang Agung itu tidak ditemukan, makam yang diyakini makam Sultan Iskandar Muda sekarang, adalah berdasar mimpi seorang wanita dari Kampung Jawa pada dekade tahun tujuh puluhan.
Berdasar mimpi yang diceritakan kepada pegawai Kantor Keuangan, di lokasi Bapperis itulah makam Sultan Iskandar Muda, kemudian dibangun kembali, kebenarannya sampai saat ini masih diterima tanpa sanggahan.
Tarmizi Alhagu