https://youtube.com/shorts/6hpXjzX2fYY
Siang sudah mendekat ke sore, hari terasa panas, kering lagi, begitulah rasa suasana kota Banda Aceh hari itu. Sebuah warung kopi di Jalan Panglima Polem Peunayong menjadi tempat saya singgah, Polem pula nama Warkop di sudut gang itu.
Cari-cari kursi untuk duduk, terlihat sebuah meja kosong di tengah ruangan. Belum sampai duduk menghempas lelah, seseorang muncul. Orang yang sangat saya kenal, dia bicara lirih, suaranya kurang jelas terdengar. Saya mendekatkan kuping, dia menyebut bapak itu, bapak itu.
Entahlah.... tidak begitu jelas maksudnya. Saya melihat dia mengangkat sebuah tas dari lantai, di samping kaki sebuah kursi. Saya tanya lagi, apa ada orang, dia terlihat mau angkat kaki, saya mencegahnya. "Mau kemana, " tanya saya. "Duduk aja disini, kita ngopi bareng, " ujar saya.
Kamipun lanjut ngopi, dia punya nama Afrizal, usianya sekitaran 40 tahun. Saya sudah lama mengenalnya, berulang kali pula saya melihat laki-laki ini terjatuh di jalan saat jualan koran. Dagangan berceceran di aspal, tubuhnya menggelepar-gelepar kejang, dari mulutnya keluar busa meleleh hingga kebawah bibir.
Terkadang dia terjatuh saat berjalan kaki di jalan Cut Mutia depan Mesjid Raya Baiturrahman. Terkadang sepedanya terjatuh di depan Markas Kodim 0101 Aceh, begitulah yang saya ingat tentang lelaki tangguh ini.
Setelah terjatuh dan menggelepar selama kurang lebih 10 sampai 15 menit, dia bangkit berdiri, tersenyum kepada orang yang sudah mengelilinginya. Menonton adegan itu, tapi tak seorang pun berani menolong.
Selama beberapa tahun terakhir, saya tidak pernah lagi melihat Afrizal terjatuh, rupanya dia sudah punya obat untuk penyakitnya itu, dia sekarang memang terlihat sehat dan lebih bugar.
Saya bertanya tentang bisnis korannya, Afrizal bercerita tentang sulitnya dagang media saat ini, sehari paling hanya laku 15 eksemplar, orang-orang sudah pada membaca HP kata dia.
Kepada saya, Afrizal berkata sudah mulai jualan koran sejak tahun 2003. Artinya sekarang sudah 21 tahun dia menggeluti bisnis media, lelaki itu masih tetap setia mengantar koran pada pelanggan, ketika orang lain sudah meninggalkan profesi ini.
Tarmizi Alhagu.